Jakarta, Gatra.com - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Mohamad Nasir mengatakan akan mendorong kenaikan Gross Expenditure on Research and Development (GERD) ke angka yang lebih baik lagi. Menurutnya stimulus kenaikan angka GERD harus dilakukan khususnya dari luar sektor litbang pemerintahan atau swasta.
Hal tersebut diungkapkan Nasir pada saat menghadiri pembukaan acara National Expo for Science and Technology (NEST) di Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (12/9). GERD merupakan anggaran belanja litbang nasional yang dibagi atas PDB yang pada tahun 2018 lalu senilai Rp14.837 triliun.
“Saat ini 82,88% GERD masih disumbangkan sektor litbang pemerintah. Hal ini berbanding terbalik dengan negara-negara maju seperti Korea Selatan dan Jepang, Sektor litbang swasta yang menyumbang angka GERD terbesar ketimbang litbang pemerintah,” papar Nasir di JCC, Jakarta.
Nasir menyatakan bahwa di tahun 2018, GERD Indonesia berada di angka 0,28 atau senilai Rp41,82 triliun dari tahun 2016 yang sebasar 0,25 atau naik sebesar 0,03. Angka tersebut diakui nasir masih cukup rendah dibanding negara lain, khususnya negara ASEAN.
Namun, dengan adanya Undang-Undang No.11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Iptek (Sisnas Iptek), Nasir mengharapkan UU tersebut bisa menjadi momentum dalam memberikan pengaruh terhadap kenaikan GERD kedepannya.
“Karena diamanahkan dalam UU mencakup dana abadi riset. Dana abadi riset ini sebenarnya menjadi salah satu solusi di dalam keterbatasan dana riset di Indonesia saat ini, guna menambah kegairahan peneliti untuk melakukan penelitian yang hasilnya diharapkan dapat dikomersialisasikan,” ujar Nasir.