Batam, Gatra.com - Masih ingat betul oleh lelaki 62 tahun ini, gimana Bacharudin Jusuf Habibie memegang tangan, merangkul dan menciumnya di pintu pesawat yang akan menerbangkan lelaki 83 tahun itu ke Jakarta.
Waktu itu akhir April 2019, Edy Putra Irawadi mengantar Habibie sampai ke pintu pesawat di Bandara Hang Nadim Batam Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Kebetulan waktu itu Habibie ada sederet urusan di Batam dan mampir ke kantornya di Batam Center. "Sampai ketemu di Jakarta, ya," begitulah omongan Habibie kepada Edy di pintu pesawat itu.
Rabu (11/9) Presiden RI ke 3 Republik Indonesia, menghembuskan nafas terakhir setelah mengalami gagal jantung di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta.
Kepergian Bapak Pembangunan Kota Batam itu menyisakan kesedian tersendiri bagi seluruh masyarakat Batam. Sebab semua orang Batam tahu bahwa Habibie lah yang merubah wajah Batam dengan harapan bisa menyaingi Singapura. Dan Habibie pula lah Kepala Otorita Batam (BP Batam) pertama saat itu.
Salah satu yang merasa sangat kehilangan itu adalah Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Edy Putra Irawady tadi. Bagi Edy, sosok Habibie adalah legenda bagi Kota Batam.
"Beliau aset Nasional dan Internasional yang sangat berharga yang dimiliki Indonesia. Beliau panutan saya dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Saya bilang sama beliau "Pak, tolong berikan motivasi kepada kami untuk bangkitkan Batam. Sebab Gap antara desain yang bapak visikan dulu dengan das solen yang saya hadapi, jauh sekali berbeda," cerita Edy kepada Gatra.com, Kamis (12/9) di Batam.
Lebih jauh Edy cerita, dalam diskusi pengembangan industri kedirgantaraan, dia sempat bertanya kepada Habibie, "Kenapa Bapak ingin membuat propeler pesawat jenis R80, kenapa tidak pesawat kargo atau pesawat penumpang commuter di air, kan negara kita ini kepulauan, perlu konektivitas yang memadai," tanya Edy.
Habibie tersenyum sambil mendekatkan wajahnya kepada Edy," "Konsep itu masih belum efisien saat ini," jawab Habibie.
"Jujur saya sangat kehilangan, sedih, atas kepergian beliau. Saya butuh waktu untuk bersama dan mewujdkan impian beliau tentang kawasan Industri kedirgantaraan di Batam yang sekarang mulai terwujud sedikit demi sedikit di Kawasan Bandara Hang Nadim," katanya.
Pada 30 April 2019, Habibie bertandang ke Kantor BP Batam, bersilaturrahim dan bertatap muka dengan seluruh karyawan/i BP Batam.
Kunjungann itu seolah menjadi nostalgia saat mantan Ketua Otorita Batam (yang kini dikenal dengan BP Batam) itu kembali menginjakkan kaki di Ruang Balairungsari dan disambut hangat oleh Edy bersama sekitar 500 orang perwakilan karyawan BP Batam.
Habibie yang 20 tahun memimpin Otorita Batam --- 1978- 1998 --- kemudian mengkilas balik visi dan misi pembangunan di Batam sebagai ujung tombak perekonomian Indonesia.
Dalam masa kepimpinannya, Habibie membuat Batam berkembang sangat pesat, ia merubah arah pembangunan Batam tidak hanya sekedar basis logistik Pertamina untuk pengeboran minyak Bumi di Natuna.
Tapi menjadi proyek Nasional yang memberikan nilai tambah untuk kepentingan Nasional dengan menyiapkan sarana dan prasarana infrastruktur penunjang demi menggaet investasi masuk ke Batam.
Habibie mengingatkan agar semua perencanaan Batam saat ini harus kembali pada Undang-Undang yang mengaturnya. "Batam itu dibangun bukan tanpa alasan, Batam itu ujung tombak NKRI, tidak ada jalan lain, Batam Harus kembali ke konsep awal (Back to Basic)" katanya.
Lebih jauh Habibie menyebut, dulu Batam dibangun dengan hasil riset para ahli terbaik, biar bisa memberi Value Added bagi keberadaan Batam yang merupakan pusat bisnis strategis di perairan Selat Malaka.
Itulah yang kemudian menjadi salah satu alasan kenapa dia membangun jembatan Batam Rempang Galang (Barelang); supaya Batam menjadi besar dan punya daya tarik bagi pengembangan investasi pariwisata.
"Batam itu berada di lokasi strategis di perairan Selat Malaka, itu makanya Batam dipilih oleh Presiden Suharto untuk dikembangkan, kita manfaatkan dengan menggunakan teknologi terbaik pada massa itu, agar kita tidak ketinggalan. Dan ternyata berhasil," katanya.
Saat itu ada kebebasan untuk berpikir, bertindak, berkarya dan tidak dihalang-halangi. "Ketua Otorita langsung bertanggung jawab kepada Presiden, karena ini kawasan khusus yang sangat strategis untuk dikembangkan," kata Habibie.
Untuk mengembangkan Batam di era sekarang, Habibie berpesan kepada para karyawan bahwa pentingnya membangun Batam dengan SDM yang memiliki ilmu pengetahuan, berdaya saing tinggi, produktivitas tinggi, mengikuti perkembangan teknologi, terampil, dan terpenting beriman dan bertaqwa.
Kesemuanya akan menjadi pembudayaan yang baik melalui proses sinergi 2 unsur; budaya kerja dan agama. Dia menilai, ilmu pengetahuan dan keimanan akan menjadi kebutuhan bagi keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia termasuk Batam yang merupakan ujung tombak Indonesia.
Habibie juga berpesan kepada para pimpinan BP Batam saat ini bahwa Batam harus menjadi wahana yang valuable, peradaban manusia yang ada dapat menikmati proses keunggulan untuk meningkatkan produktivitas, ketersediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana pendidikan semakin baik yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Di penghujung sambutannya, Habibie berpesan kepada seluruh karyawan agar fokus memperbaiki kualias diri dengan ilmu pengetahuan untuk melanjutkan tongkat estafet pembangunan Batam yang berkelanjutan demi generasi berikutnya.
"Saya yakin anda lebih baik dari generasi saya, inilah yang disebut estafet yang terus berjalan, jangan lupa sasaran tugas utama membangun Batam, jangan terlalu banyak politik, tingkatkan kemampuan sumber daya manusia, konsentrasi pada pekerjaan dan terus berlomba tingkatkan kualitas diri," pinta Habibie.