Jakarta, Gatra.com - Ekonom Senior INDEF Prof Didik J Rachbini menyampaikan belasungkawanya atas kepergian Presiden RI ke-3 BJ Habibie yang meninggal akibat gagal jantung pada Rabu (11/9) pukul 18.03 WIB di RSPAD Gatot Subroto.

 

"Sebagaimana warga masyarakat lainnya, saya selaku warga masyarakat dan juga anak buah Prof Habibie di dalam kepengurusan organisasi ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) menyampaikan rasa duka yang mendalam," ujar Didik Rachbini melalui pesan singkat kepada Gatra.com, Kamis (12/9).

 

Menurut Didik, ada 3 warisan pemikiran dan usaha almarhum BJ Habibie di bidang teknologi yang harus dijaga oleh pemerintah Indonesia dengan memasukkannya dalam kerangka undang-undang pembangunan teknologi nasional dan kekuatan militer.

 

"Warisan  PT PAL untuk bidang perkapalan, PINDAD untuk persenjataan, IPTN untuk kedirgantaraan seharusnya masuk dalam kerangka undang-undang pembangunan teknologi nasional dan kekuatan militer agar Indonesia tidak diremehkan oleh dunia internasional. Ini yang diabaikan selama ini sehingga Indonesia tergantung kepada teknologi luar," jelas Didik.

 

Apalagi, kata Didik, ketika tahun 1980-an Indonesia masih jadi negara agraris dan orang belum kenal ilmu dan teknologi, Prof Habibie mengenalkan konsep ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian dikenal dengan istilah IPTEK.  Menurut Didik, BJ Habibie telah meodernisasi Indonesia melalui kiprah dan pemikirannya.

 

Selain itu, menurut Didik Rachbini, BJ Habibie  berperan besar dalam sejarah mengantar peralihan dari rezim Orde Baru ke rezim reformasi yang demokratis, sehingga ia layak dijuluki sebagai Bapak Demokrasi Indonesia.

 

"Dalam masa kepemimpinannya yang singkat telah banyak kebijakan yang mendorong ke arah demokratisasi politik, desentralisasi, Bank Indonesia yang independen, pemberantasan korupsi, dan sebagainya. Boleh dikatakan bahwa Habibie adalah Bapak demokrasi Indonesia," pungkas Didik.