Solo, Gatra.com – Perusahaan Umum Daerah Air Minum Toya Wening Solo kembali menghentikan operasional Instalasi Pengolahan Air (IPA) Semanggi pada Rabu (11/9). Hal ini karena air Kali Samin, anak sungai Bengawan Solo, sumber air untuk IPA Semanggi, kembali tercemar limbah industri etanol sebagai bahan baku minuman ciu di Sukoharjo. ”Baunya ciu pekat sekali. Warnanya juga hitam lagi,” ucap petugas penjaga intake di IPA Semanggi, Purnomo, Rabu (11/9).
Dengan kondisi itu, operasional IPA Semanggi kembali dihentikan mulai pukul 08.00 WIB. Pada Kamis (5/9) lalu, IPA juga berhenti beroperasi karena persoalan yang sama. Namun IPA kemudian dapat beroperasi kembali pada Jumat (6/9) siang. ”Kamis kemarin kan operasional berhenti sehari. Ini kembali lagi seperti ini,” ucapnya.
Menanggapi hal ini, Direktur Teknik Perumda Air Minum Toya Wening Tri Atmaja Sukomulyo mengatakan telah meninjau ke lokasi untuk mengambil sampel air. Sampel ini masih dalam proses pengujian untuk mengetahui kelayakan air untuk digunakan sebagai air baku. ”Kami tunggu dulu. Mudah-mudahan bisa segera diolah,” ucapnya.
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Toya Wening Bayu Tunggul menambahkan, dengan tercemarnya air baku di IPA Semanggi, layanan pada 6.000 pelanggan Toya Wening diperkirakan akan terganggu, meski ada tampungan air yang mampu menyuplai air hingga pukul 16.00 WIB. ”Kalau kapasitas reservoir hanya bertahan hingga sore ini. Setelahnya cadangan kosong,” ucapnya.
IPA Semanggi berlokasi di tepi Bengawan Solo dan mampu mengalirkan air 60 liter per detik. Jika kondisi tidak segera normal, layanan air ke pelanggan diperkirakan akan terganggu. ”Kami memang masih bisa menjangkau air pasokan dari Cokro, Tulung, Klaten. Tapi jumlah debitnya sangat kecil,” ucapnya.
Untuk itu, PDAM mengantisipasinya dengan memasok air bersih di wilayah layanan IPA Semanggi. Ada lima truk tangki yang disiagakan untuk memasok enam kelurahan di Solo, yakni Mojo, Sangkrah, Semanggi, Gajahan, Joyosuran, dan Joyontakan.
”Kalau pasokan ini tidak mencukupi, kami telah koordinasi dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan PMI (Palang Merah Indonesia) untuk membantu,” ucap Bayu Tunggul.