Home Ekonomi Petani Sragen Panen Padi 9,4 Ton Per Ha di Musim Kemarau

Petani Sragen Panen Padi 9,4 Ton Per Ha di Musim Kemarau

Sragen, Gatra.com - Petani Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, justru panen padi dengan produktivitas 9,4 ton per hektare (ha). Selain panennya maksimal, harga gabah di tingkat petani pun tinggi yakni Rp5.200 per Kg gabah kering panen (GKP).

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, melakukan kunjungan kerja untuk menyaksikan panen raya padi di Sragen, Jawa Tengah (Jateng), Rabu (11/9).

Suwandi mengatakan, padi yang siap panen di Sragen pada September tahun ini mencapai 20 ribu hektare (ha). Di Desa Tenggak sendiri yang siap panen seluas 300 ha.

"Di sepanjang pinggir jalan tol Karanganyar-Sragen terpampang hamparan padi menghijau. Setelah memasuki Kabupaten Sragen sudah banyak padi yang menguning atau siap panen. Petani Sragen patut bersyukur masih bisa panen dengan produktivitas tinggi," ujarnya.

Menurut Suwandi, pada Juli-September bagi sejumlah petani padi merupakan masa kritis karena kemarau panjang. Namun, berkat pembuatan sumur dalam (Sibel), masalah air untuk mengairi sawah di musim kemarau bisa diatasi petani.

Alhasil, lanjut Suwndi, walau di musim kemarau, petani Sragen masih bisa tanam padi. Bahkan petani Sragen mampu tanam padi 3 kali setahun.

"Jadi, petani Sragen khususnya di Desa Tenggak sudah mampu melawati masa kritis. Nah, ke depannya tinggal meningkatkan efisiensi usaha taninya supaya bernilai tambah," tuturnya.

Tak Ada yang Puso

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, Eka Rini Mumpuni Titi Lestari, menyebutkan, padi yang ditanam petani Sragen di musim kemarau hampir 100% tidak puso. Bahkan, petani bersama Pengendali Organisme Pertanian Terpadu (POPT), Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), dan Babinsa mampu mengatasi hama padi seperti tikus di musim kemarau.

"Secara swadana ataupun dari bantuan pemerintah, petani di sini sudah memanfaatkan sumur dalam, sehingga sawahnya tak kekurangan air. Petani secara gotong royong juga melakukan gropyokan tikus. Karena itu hampir 100% padi yang di tanam tak puso," katanya.

Eka Rini menyebutkan, terdapat ada sekitar 28 ribu titik sumur dangkal dan sumur dalam di Sragen. Jika sebelumnya petani menggunakan BBM atau gas untuk menggerakan mesin pompa (sumur dalam), saat ini petani sudah memanfaatkan listrik.

"Jadi di sini listrik sudah masuk sawah. Tercatat 1 bulan ada 100 orang yang mengajukan instalasi listrik ke PLN untuk keperluan sumur dalam," katanya.

Adapun total luas lahan pertanian Sragen 94.155 ha. Terdiri dari lahan sawah 40.182 ha atau 42,68 % dan 53.973 ha bukan lahan sawah. "Lahan sawah, khususnya yang belum ada irigasi teknis atau setengah teknis ini kami optimalkan dengan sumur dalam," kata Eka Rini.