Washington DC, Gatra.com - Pada 10 Maret 2019 Boeing 737-MAX menghantam tanah pertanian di Addis Ababa, Etiopia. Pesawat itu menabrak lahan pertanian dengan kekuatan sedemikian rupa, sehingga menyebabkan tubuh para penumpang hancur.
Enam bulan setelah peristiwa itu, kerabat serta keluarga korban menemui Sekretaris Transportasi AS, Elaine Chao. Dalam pertemuan itu, Chao meyakinkan, 737 MAX tidak akan diterbangkan lagi sampai pesawat itu dipastikan aman.
"Pemerintah telah melakukan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Terutama untuk menyelidiki serta memahami insiden dan proses sertifikasi untuk pesawat ini," kara juru bicara Chao, seperti dikutip Reuters, Rabu (11/9).
Pihak kepolisian mengungkapkan, identifikasi jenazah seluruh korban telah selesai. Kongres AS sedang mempersiapkan pemanggilan eksekutif Boeing untuk memberikan keterangan atas kecelakaan tersebut.
Boeing mengatakan, pihaknya berencana untuk melakukan penerbangan uji sertifikasi pada bulan September. Mereka berharap, dapat melanjutkan penerbangan pada awal kuartal keempat.
Menanggapi pernyataan itu, Juru bicara Badan Penerbangan dan Antariksa Eropa, Janet Northcote mengungkapkan, ada kekhawatiran mengenai konsekuensi kegagalan sensor Angle of Attack di tingkat pesawat. Selain itu, kemampuan kru penerbangan untuk mengatasi situasi di fase kritis penerbangan. Namun, kekhawatiran tersebut masih dapat diatasi.
"Melalui peningkatan prosedur dan pelatihan awak pesawat, melalui peningkatan desain, atau kombinasi," ujarnya.