Washington DC, Gatra.com - Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard mengatakan telah terjadi penurunan yang signifikan terkait imigrasi yang terjadi di AS, terutama dari Amerika Tengah. Ebrard berharap penurunan ini akan terus berkembang baik. Ia juga melakukan peninjauan untuk mengekang lonjakan migran Amerika Tengah.
Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, AS akan bekerjasama dengan Meksiko memperluas implementasi Protokol Perlindungan Migran untuk mempercepat proses klaim suaka.
Berdasarkan informasi, Meksiko menempatkan lebih dari 25.000 Pengawal Nasional yang dimiliterisasi polisi di sepanjang perbatasan. Selain itu, Ebrard juga mengaku telah berhasil membongkar kasus perdagangan manusia.
"Apa yang telah dilakukan Meksiko berhasil. Tapi jumlah penyeberangan di perbatasan masih terus naik, kami akan pikirkan lebih matang," kata Ebrard, seperti dilansir Reuters.
Menyusul ancaman Trump untuk mengenakan tarif pada semua barangnya, Meksiko pada 7 Juni berjanji untuk mengambil langkah untuk menahan migran. AS dan Meksiko juga menyepakati untuk melakukan peninjauan kembali upaya pencegahan tersebut setelah 90 hari.
Ebrard menuturkan, sebenarnya Meksiko ingin mencegah aliran senjata ilegal dari AS. Hal tersebut dilakukan, karena senjata ilegal ini dianggap sebagai pemicu konflik senjata antar geng narkoba dan pasukan keamanan yang terjadi di Meksiko.
Masalah tersebut memperparah kondisi sosial dan menambah tekanan atas migrasi yang terjadi. Diketahui, lebih dari 200.000 orang tewas dalam kekerasan yang dipicu oleh geng, dan lebih dari 40.000 orang menghilang sejak mantan Presiden Felipe Calderon mengirim pasukan bersenjata untuk mengatasi kartel obat bius yang kuat di Meksiko pada akhir 2006.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador, berjanji untuk mengakhiri pelanggaran hukum yang terjadi di negaranya. Namun, tahun 2019 ini, Meksiko berada di posisi buruk untuk tindak kejahatannya.