Jakarta, Gatra.com - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati menyatakan terjadi penurunan jumlah titik panas di wilayah Riau. Hal tersebut, katanya, berdasarkan pengamatan citra satelit Himawari.
"Berdasarkan pengamatan citra satelit Himawari, terjadi penurunan jumlah titik panas dari 6-7 September 2019 di wilayah Riau dan perbatasan Sumatera Timur dengan Malaysia. Pada 6 September terdeteksi 869 titik panas dan esoknya menurun jadi 544 titik panas," katanya dalam konferensi pers tentang kebakaran hutan dan lahan di Gedung Manggala, Jakarta Pusat, Selasa (10/9).
Menurutnya, penurunan tersebut terjadi karena curah hujan berada pada kecepatan 23 milimeter (mm). Sedangkan arah angin pada saat itu di wilayah perbatasan Riau dengan Semenanjung Malaysia dari Tenggara ke Barat laut dengan kecepatan 5 s/d 10 Knots.
Sementara terkait dengan asap lintas (transboundary haze) dari Sumatera (Riau) ke Selat Malaka, Dwikorita mengatakan pihaknya tidak mendeteksi adanya hal tersebut. Lanjutnya, karena terhalang oleh angin kencang dan dominan di Selat Malaka yang bergerak dari arah Tenggara ke Barat Laut.
"Asap yang terdeteksi di Malaysia adalah local hotspot. Dimana berdasarkan pantauan citra satelit Jimawari, lonjakan jumlah hotspot terjadi di wilayah Semenanjung Malaysia dari 1.038 titik panas menjadi 1.423 titik panas," pungkasnya.