Jakarta, Gatra.com - Dalam mengusung visi sumber daya manusia (SDM) yang unggul di pemerintahan Jokowi-Amin periode 2019-2024 membutuhkan manusia yang tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga jiwa. Artinya, harus ada kelengkapan secara komprehensif aspek-aspek seseorang dinyatakan sehat (well-being).
"Banyak sekali kasus-kasus bunuh diri akibat kesehatan jiwa terganggu yang rentan terjadi terutama pada remaja. Pemerintah perlu lebih peka dan sensitif dalam melihat kesehatan jiwa ini," kata Psikiater sekaligus anggota Komisi IX DPR RI, Dr.dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ usai diskusi yang diadakan Harvard Club Indonesia (HCI) di Gedung Nusantara DPR RI, Jakarta Selatan, Selasa malam (10/9).
Data Bappenas, sambungnya, juga menunjukkan SDM itu menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap pembangunan, serta pertumbuhan ekonomi menengah dan panjang. Akan tumpul pembangunannya kalau well-being hanya secara fisik saja.
Bertepatan dengan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, organisasi kesehatan dunia (WHO) juga merilis pernyataan, bahwa ada 1 orang setiap 40 detik meninggal karena bunuh diri. Maka, kesehatan jiwa sangat penting untuk menjadi indikator SDM yang unggul pada periode kedua pemerintahan Jokowi ini.
"Kita bicara SDM unggul itu harus sehat fisik, jiwa dan aspek lainnya. Kalau Kemen PPPA sudah mulai mencanangkan sekolah ramah anak dengan memberikan ruang berkeluh kesah itu baru skala kecil. Sementara secara nasional belum ada. Bahkan, semua negara di Asia Tenggara sudah punya hotline layanan kesehatan jiwa, kecuali Indonesia," tegasnya.