Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pengembangan umbi porang untuk meningkatkan volume ekspornya ke sejumlah negara. Selama ini, umbi porang masih banyak yang berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan.
Kepala Subdirektorat Ubikayu dan Aneka Umbi Lain, Direktorat Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Cornelia, di Jakarta, Selasa (10/9), menyampaikan, ada beberapa sentra pengolahan tepung porang saat ini, seperti di daerah Pasuruan, Madiun, Wonogiri, Bandung, serta Maros.
"Hingga saat ini, salah satu keterbatasan ekspor porang Indonesia terletak pada penyediaan bahan baku yang masih terbatas," katanya.
Ke depan, lanjut Cornelia, pihaknya mendorong potensi pengembangan budidayanya, apalagi kalau sudah ada contoh yang bisa diekspor seperti ini, pasti akan memacu semangat petani untuk mulai budidaya porang.
Tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan, karena punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor mencapai Rp11,31 miliar ke negara Jepang, Cina, Vietnam, Australia, dan lainnya.
Ia menegaskan, pengembangan budidaya umbi porang yang merupakan produk lokal untuk ekspor ini sesuai dengan denga yang ditekankan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, saat melepas ekspor Porang dan Kernel Palm di GOR Andi Mappe, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pangkep, Sulawesi Selatan pada bulan April lalu.
Menurut Amran, kata Cornelia, umbi porang merupakan potensi yang belum tergarap sehingga menjadi peluang baik bagi siapa saja yang mau berusaha. Harga porang segar di pasar saat ini berkisar Rp4.000 per kilogram.
"Berbeda halnya setelah menjadi chip porang yang siap ekspor harganya bisa meningkat menjadi Rp14.000 per kilogram. Jadi, ada margin yang cukup besar antara harga porang segar dengan porang olahan," ungkapnya.
"Ini menandakan produk olahan memiliki nilai jual lebih tinggi. Jadi saya ingin porang dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan ekspor. Dari sisi produksinya mencukupi, selanjutnya bisa dikembangkan pengolahannya," kata dia.
Perlu diketahui, tanaman porang atau bahasa latinnya Amorphophallus oncophyllus ini adalah tanaman yang toleran naungan hingga 60%. Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 0 sampai 700 mdpl. Bahkan, sifat tanaman tersebut dapat memungkinkan dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain.
Untuk bibitnya biasa digunakan dari potongan umbi batang maupun umbinya yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung.