Padang, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) kembali melepas ekpor buah manggis. Kali ini, sebanyak 86,5 ton buah yang disebut juga Queen of Fruits ini dikeluarkan oleh PT Bumi Alam Sumatera dan PT Buah Segar.
"Kita kembali mengekspor manggis melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Internasional Minangkabau, melanjutkan rangkaian ekspor manggis sebelumnya," kata Direktur Buah dan Florikultura, Lukman Lukman, dalam keterangan tertulis, Selasa (10/9).
Liferdi saat berada di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Minggu (8/9), diadakan, pekan pertama September diberangkatkan 80 ton oleh PT Bumi Alam Sumatera melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan sekitar 6,5 ton diberangkatkan dari Bandara Internasional Minangkabau oleh PT Buah Segar.
Menurutnya, maggis sejumlah 86,5 ton tersebut berasal dari Pasaman, Agam, Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Sebagian lagi ada yang dari Penyabungan atau Mandailing, Natal Sumatera Utara (Sumut).
"Sejak Januari hingga awal September 2019 ini, kedua eksportir tersebut sudah mengekspor 3 ribu ton lebih manggis," ungkap Liferdi.
Ekspor manggis ke sejumlah negara terus berjalan. Manggis banyak diminati pasar luar negeri karena diakui bergudang manfaat. Selain daging buahnya nan segar, ekstraksi kulitnya pun banyak menjadi bahan baku industri farmasi dan kosmetik di negara tujuan ekspor. Negara empat musim seperti Cina dan Eropa menjadi salah satu destinasi favorit ekspor buah-buahan tropis termasuk manggis.
Menurutnya, seiring peningkatan dan dinamika ekspor, Direktorat Jenderal Hortikultura akan membentuk kawasan manggis. Selama ini, lahan buah cenderung spot-spot menyebar sehingga menyebabkan kontinuitas dan volume pasokan tidak stabil.
"Sudah saatnya pengembangan kawasan buah berorientasi ekspor termasuk manggis berkembang dengan pendekatan korporasi," kata Liferdi.
Selain itu, luas kawasannya harus memenuhi skala ekonomi, lengkap dengan kelembagaan usahatani dan perangkat hulu serta hilirnya. "Tentu ini perlu melibatkan beberapa instansi dan Kementerian dan lembaga terkait, kami tidak bisa sendirian," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur PT Bumi Alam Sumatera, Bayu Veski, mengatakan, sangat antusias dan senang dengan komitmen Kementan mendorong ekspor manggis. Menurutnya, saat ini kebun manggis milik kelompok tani yang memasoknya sudah banyak yang mengantongi sertifikat registrasi kebun Good Agricultural Practices (GAP) dari dinas pertanian setempat.
"Serifikat GAP tersebut ternyata sangat bermanfaat karena produk manggis petani jadi mudah dipasarkan terutama untuk ekspor," ungkapnya.
Bayu menyampaikkan, harga juga bagus, di kisaran Rp18.000 - Rp21.000 per kg. Ia meyakini apabila harga terus stabil sehingga petani tentu akan lebih bersemangat lagi merawat kebunnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan nilai ekspor manggis sepanjang Januari-Juni 2019 mencapai US $ 32,3 ribu atau naik 58,7% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya US $ 20,4ribu. Volume ekspor manggis segar sepanjang 2018 sebesar 38,8 ribu ton, melonjak 324% dari 2017 yang hanya 29,7 ribu ton.
Rata-rata ekspor manggis mencapai 3,200 ton setiap bulan dari sentra-sentra utama seperti Agam, Pasaman, Limapuluh Kota, Subang, Sukabumi, dan sebagainya. Manggis banyak diminati Hongkong, Cina, Australia, Malaysia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Prancis, Belanda, dan negara-negara di Timur Tengah dan Eropa lainnya.