Cilacap, Gatra.com – Sebanyak 20 persen dari 300 pondok pesantren tradisional di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah tutup dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto yang juga pengasuh Pondok Pesantren El Bayan, KH DR Fathul Amin Aziz mengatakan salah satu penyebab tutupnya 60 pesantren tradisional adalah ketiadaan pendidikan formal di lingkungan pesantren atau di sekitar pesantren.
Menurut dia, tanpa pendidikan formal, jumlah peminat pesantren terus menurun. Pasalnya, pendidikan formal kini sudah menjadi kebutuhan masyarakat. “Hasil penelitian saya, banyak yang belum (mendirikan) pendidikan formal. Sekitar 20 persen yang tidak memiliki lembaga pendidikan formal tutup. (dari) Sekitar 300-an pesantren,” katanya, Selasa (10/9).
Dia mengaku pernah meneliti sebanyak 300 pesantren dalam kajian manajemen pengelolaan pondok pesantren. Sebagian besar adalah pesantren tradisional yang tidak memiliki lembaga pendidikan formal, atau tidak ada lembaga pendidikan formal di sekitar pesantren. “Ini juga terkait dengan pengelolaan atau manajemen di pesantren. Karena biasanya pengelolaan pesantren diturunkan generasi ke generasi di keluarga,” ungkapnya.
Karenanya, ia mendorong agar pengelola pesantren mendirikan sekolah formal atau berkolaborasi dengan sekolah formal di luar pesantren untuk mendukung aktivitas pondok pesantren. Di satu sisi, pesantren tetap berjalan sebagai penjaga akhlak. Namun, di sisi lain, pendidikan formal juga penting sebagai bekal masa depan santri.
“Menurut saya lembaga pendidikan formal itu harus ada di pesantren. Harapannya, lembaga formal itu mampu membaca masa depan. Makanya akan menjadi kolaborasi yang bagus,” jelasnya.
Amin Aziz mengemukakan, pesantren mestinya juga harus mengadopsi pendidikan vokasi atau keahlian. Pesantren didorong untuk memiliki unit-unit pendidikan keahlian yang berbasis potensi. Misalnya, di bidang pertanian, perikanan, kerajinan, usaha kecil mikro. “Keahlian ini penting. Karena sekarang santri juga harus memiliki skill kewirausahaan,” ujarnya.
Dia mengemukakan, idealnya santri menempuh pendidikan di pesantren setidaknya selama enam tahun. Karenanya, pesantren didorong untuk berkolaborasi denga pendidikan formal setidaknya setingkat SLTP dan SLTA.
Amin Aziz yang juga Ketua Yayasan El Bayan mengungkapkan, selain mengelola pesantren El Bayan, pihaknya kini sudah memiliki pendidikan formal mulai dari MI, MTs, MA, SMKA dan perguruan tinggi. “Tujuannya agar santri lebih lama tinggal di pesantren. Pesantren menjaga akhlak, pengetahuan lainnya diperoleh dengan pendidikan formal,” terangnya.