Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia Bernardus Djonoputro mengatakan, pemidahan Ibukota ke Kalimantan menjadi perhatian dunia. Dunia memelototi pemindahan ibukota ala Jokowi yang memilih lokasi di Kalimantan Timur. Sebab, Kalimantan merupakan benteng terakhir paru-paru dunia yang masih menyisahkan keanekaragaman hayati. Menurut Bernardus, pemindahan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan menarik banyak ahli perencanaan kota untuk mengetahui konsep dan desainnya seperti apa.
"Ketika kita memilih Kalimantan, kita memilih tempat paru-paru dunia. Seluruh perhatian dunia pada kita. Semua dunia ingin tahu, mengapa kita pindah ke paru-paru dunia. Ini padahal adalah garda terakhir keberagaman hayati. Design kota seperti apa kalo kita di Kalimantan," kata Bernardus kepada Gatra.com, di Jakarta, Selasa (10/9).
Maka dari itu, menurutnya, berkumpulnya berkumpulnya sekitar 550 perencana kota dari 44 negara dalam Indonesia dalam 55th International Society of City and Regional Planners (ISOCARP) World Planning Congress di Bogor dan Jakarta dalam beberapa hari ke depan untuk mencari solusi terbaik kondisi muktakhir.
"Maka kita harus tukar pikiran. Kota di Astana, Cambera, Putrajaya, Brazilia seperti apa. Kita belajar dari pengalaman mereka," ujarnya. Meski demikian, kata dia, adanya pembangunan Ibukota di kalimantan menciptakan peluang bagi Indonesia untuk menciptakan model baru perencanaan ibu kota yang akan berada di wilayah khatulistiwa.
"Kita bicara tentang daerah yang suhunya 32-34 derajat Celsius sepanjang tahun, curah hujan 4.000 mm, kelembabannya 80 persen, dan karakteristik lain yang sangat berbeda dari yang pernah ada," tutur dia.