General Motors akan menutup empat pabriknya di AS dan memangkas jumlah karyawan. Donald Trump berang.
"General Motors, yang dulunya raksasa di Detroit, sekarang menjadi yang terkecil di sana. Mereka memindahkan pabrik ke China, sebelum saya jadi Presiden. Langkah ini dilakukan bahkan setelah mendapat bantuan dari pemerintah AS. Sekarang mereka mau balik lagi ke Amerika?" Donald Trump menuliskan cuitannya di aplikasi media sosial Twitter, Rabu pekan lalu.
Cuitan itu rupanya bikin CEO General Motors (GM), Marry Barra, tak nyaman. Ia langsung menemui Presiden Amerika Serikat (AS) itu di Gedung Putih, Washington, dua hari berselang. Isi percakapan keduanya tak muncul di sejumlah media. Namun, Trump nampak kecewa dengan jawaban Barra.
Rencananya, Barra akan megajak Trump ke Ohio, kota tempat GM mulai berkembang menjadi raksasa otomotif di negeri Paman Sam. Di Ohio, pada kesempatan itu, ia akan memperlihatkan rencana ke depan GM yang akan beralih memproduksi mobil listrik dan tanpa penumpang. Ada sekitar 20 mobil yang dibuat dalam proyek itu dan rencananya akan diluncurkan pada 2023.
Kekecewaan Trump pada GM rupanya terpicu saat terjadi pembicaraan soal kontrak dengan Serikat Pekerja GM di Detroit yang akan berakhir pada 14 September mendatang.
Yang membuat Trump marah, bukan lantaran GM akan beralih fokus ke mobil listrik, tetapi karena GM akan menutup empat pabriknya di AS. Yaitu: Pabrik GM di Baltimore, Warren, dan Michigan. Ketiga pabrik itu dijadwalkan tutup tahun ini. Sedangkan pabrik terakhir perusahaan di Detroit akan ditutup pada Januari 2020.
Seperti dikutip dari CNN, pihak GM menyebut penutupan itu sebagai strategi penghematan menhadapi perubahan industri otomotif global. Hitung-hitungannya, GM akan menghemat sebesar Rp87 triliun dengan menutup empat pabrik dan tiga pabrik lainnya yang tersebar di sejumlah negara.
Dengan penutupan itu, nantinya GM tinggal memiliki 29 pabrik di AS. Jumlah tersebut menjadi beda tipis dengan jumlah pabrik GM yang berada di negara seteru dagangnya: Cina. Di negeri Tirai Bambu itu, GM mendirikan 27 pabrik, dan semuanya masih beroperasi.
Tetapi pabriknya di Thailand terimbas akan ditutup juga. Sebanyak 15% karyawannya akan di-PHK. Padahal Thailand manjadi pasar utama penjualan produk mobil di Asia Tenggara.
Trump merespon rencana GM itu. Ia akan menagih kembali dana talangan yang pernah dikeluarkan pemerintah ketika membantu GM yang nyaris bangkrut pada 2009. Ketika itu, GM --bersama Chrysler dan beberapa pabrikan mobil lain-- mendapat dana talangan US$700 miliar. GM saat itu mendapat US$45,7 miliar.
Trump juga mengancam menolak permintaan untuk menghapus tarif sebesar 25% terhadap Buick Envision (sejenis komponen mobil GM buatan Cina) sebagai bagian dari perang dagang dua negara itu. Ini karena GM tak pernah memindahkan pabriknya ke AS.
Sebagai catatan, sejak 2010, GM juga sudah meraup untung US$16 miliar di Cina. Tahun lalu, GM berhasl menjual 3,6 juta unit mobil di Cina. Jumlah itu mencapai 43% dari total penjualan GM di seluruh dunia.
Terhadap reaksi Trump itu, pihak GM menegaskan bahwa pihaknya akan tetap mengimpor Buick Envision dari Cina. Pihaknya menyayangkan langkah Washington yang menerapkan tarif itu kepada perusahaan yang membuat mobil di negaranya sendiri.
GM menyebut operasional pabriknya di Cina bukan ancaman bagi pekerjaan di AS. GM mengklaim tidak pernah mengekspor mobil dari AS ke Cina, dan hanya sebagian mobil yang dibuat di Cina yang diekspor ke AS.
Redaktur: Aries Kelana