New Delhi, Gatra.com - Badan antariksa ISRO-India belum merilis informasi terkait hilangnya kontak dengan pesawat Antariksa India Vikram Chandrayaan-2. Padahal seharusnya telah mendarat di Bulan pada 7 September, sebulan setelah diterbangkan dan rencana memasuki orbit Bulan pada 20 Agustus lalu.
Para ilmuwan mengatakan ketika pesawat Antariksa India Vikram Chandrayaan-2 meluncur, kecepatan sudah bergerak normal yakni 1.640 meter per detik sesuai rencana selama dua fase pertama deselerasi, yang dikenal sebagai operasi pengereman kasar dan pengereman halus. Tetapi masalah terjadi saat memasuki tahap air atau 'melayang' di Bulan.
Menurut mantan anggota ISRO-India, Prof Roddam Narasimha, penyebab dari hilangnya pesawat Antariksa India Vikram Chandrayaan-2 terletak pada mesin pusat pendarat. Pasalnya, pesawat tersebut mendarat di Bulan bukan pada waktu yang tepat.
"Satu penjelasan yang masuk akal adalah bahwa pendarat itu mulai jatuh lebih cepat. Hal ini bisa terjadi karena mesin pusat tidak menghasilkan daya dorong yang diperlukan dan, oleh karena itu, perlambatan tidak lagi seperti yang seharusnya," ujarnya seperti yang dilansir BBC, Senin (9/9).
Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala misi Bulan pertama India, Mylswamy Annadurai. Ia menyatakan bahwa ada indikasi tertentu yang terjadi sehingga pesawat tidak mendarat sempurna atau terlalu cepat saat di Bulan.
"Kemungkinan besar orientasi [dari pendarat] bisa terganggu. Sehingga mengakibatkan bahwa sensor atau pendorong bisa rusak yang didasarkan pada data yang diterima oleh ISRO-India dari mulai pesawat diluncurkan," katanya.