Mataram, Gatra.com- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Zulkieflimansyah membantah para mahasiswa yang dikirim ke Korea Selatan telantar. Ia memastikan 18 orang mahasiswa yang tinggal di asrama kampus tetap mendapatkan makan layak. Sebelumnya, beredar kabar, 18 orang mahasiswa asal NTB terlantar di Negeri Ginseng.
"Tidak benar mereka telantar. Pengiriman 18 mahasiswa ke Korea ini merupakan tenaga kesehatan perawat peraih beasiswa S1, untuk mendapatkan tambahan pendidikan selama enam bulan. Selama enam bulan, mereka manfaatkan untuk belajar Bahasa Korea. Namun, setelah tes belum ada yang mampu mencapai level tiga yang disyaratkan. Para mahasiswa hanya berbekal bahasa Inggris, sehingga kesulitan beradaptasi dengan bahasa Korea di sana,” kata Kepala Biro Humas Protokol Sedta NTB, Najamudin Amy, MM di Mataram, Minggu (8/9).
Dikatakan, para mahasiswa ini belum bisa masuk kelas karena terkendala bahasa. Untuk bisa masuk kuliah di Chodang University, mahasiswa Indonesia harus mampu mencapai level tiga tes bahasa Korea. Namun sebagian besar mahasiswa baru mencapai level satu.
"Belum masuk kuliah, bukan enggak kuliah, tetapi persiapan bahasa. Karena menurut orang Korea nanti salah obat, kalau nggak ngerti bahasa," kata Najamudin.
Menurutnya, skema awal yang ditawarkan, mereka bisa kuliah sambil bekerja paruh waktu menjadi perawat. Dengan begitu, mahasiswa bisa menambah biaya kuliahnya.
Gubernur NTB, Zulkieflimansyah sudah mengutus Kepala Dinas Kesehatan NTB dan Direktur RSUD NTB untuk memastikan kondisi kampus yang akan jadi tempat studi mahasiswa. Setelah semua dicek, barulah dilakukan seleksi dan pengiriman mahasiswa.
"Tapi pas sampai di sana, harapan yang dijanjikan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Namun enggak sampai ditelantarkan. Mereka tetap di asrama," tuturnya.
Najamudin mengatakan, pemerintah provinsi bertanggung jawab. Masalah ini masih bisa diatasi. “Jika Universitas Chodang Korea tidak bisa menyediakan yang dijanjikan, ya kita pindah kampus yang sesuai dengan bidang teman-teman," kata Najamudin menirukan pernyataan Gubernur Zul.
Menurut Najamudin, Gubernur Zul menilai kasus ini menjadi pelajaran untuk lebih berhati-hati lagi dalam mengirim mahasiswa. Pengiriman mahasiswa yang akan belajar ke luar negeri harus melalui lembaga yang profesional seperti Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) NTB.
"Gubernur tidak menutup mata, mungkin akan dicarikan kesempatan lain kalau passion-nya masih sekolah untuk beasiswa. Mereka akan jadi prioritas utama, apakah ke Malaysia ataupun negara-negara lain," ucap Najamudin.
Selama ini pemerintah provinsi NTB telah mengirimkan mahasiswa untuk belajar di luar negeri seperti Polandia, Malaysia, China, Taiwan, dan Korea. Semuanya melalui LPP dan cukup berhasil.