Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar rangkaian kegiatan Hari Aksara Internasional (HAI) Tingkat Nasional ke-54 pada 5 September hingga 8 September 2019. Puncak acara tersebut diselenggarakan pada 7 September 2019 di Lapangan Karebosi, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Peringatan ini selaras dengan United Nations Educational, Scientific Cultural Organization (UNESCO) yang menetapkan setiap 8 September sebagai Hari Aksara Internasional. Lembaga PBB tersebut tahun ini memperingati HAI dengan mengangkat tema Literacy and Multilingualism.
Mengacu pada tema UNESCO tersebut, Kemendikbud memutuskan mengangkat tema nasional berupa “Ragam Budaya Lokal dan Literasi Masyarakat” pada peringatan HAI di Indonesia pada 2019. Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraaan Ditjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud Abdul Kahar mengatakan, lewat tema tersebut pihaknya berharap buta aksara di Indonesia bisa dientaskan lewat pendekatan budaya masing-masing daerah.
“Harapan dengan mengangkat tema ini, yang pasti kita ingin mendorong bahwa memberantas buta aksara merupakan bagian dari literasi di masyarakat. Kita memiliki budaya dan bahasa yang begitu banyak di nusantara ini, sehingga semuanya itu bisa digunakan untuk mendukung literasi ini, untuk masyarakat di sekitar masing-masing,” ujarnya.
Lebih lanjut. Abdul Kahar menjelaskan peringatan HAI 2019 di Indonesia sangat spesial dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab saat ini Indonesia sedang menjadi negara percontohan pemberantasan buta huruf mengingat angka buta aksara berkurang secara signifikan dalam lima tahun terakhir.
“Artinya begini, tahun ini memang satu momentum yang sangat strategis bagi Indonesia, kebetulan Indonesia diposisikan sebagai negara yang sukses memberantas buta aksara. Kemudian Mendikbud Bapak Muhajir Effendy, sangat mendukung itu, bahkan sekarang surat edaran Bapak Menteri, akan disampaikan ke seluruh Bupati dan Wali kota di seluruh Indonesia, agar ikut serta merayakan HAI tahun ini. Karena ini merupakan satu kesuksesan besar terutama dalam lima tahun terakhir ini, sekitar 1,9 juta penduduk Indonesia sudah kita entaskan dari buta aksara,” ucapnya.
Untuk diketahui, dalam peringatan HAI 2019, Kemendikbud juga mensosialisasikan kebijakan dan program percepatan penuntasan buta aksara di Indonesia melalui program Gerakan Literasi Nasional.
Secara umum rangkaian kegiatan HAI ke-54 terdiri dari Festival Literasi Indonesia, Pameran Produk Unggulan PAUD dan Dikmas, Temu Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Workshop Pendidikan Keaksaraan Komunitas Adat terpencil/khusus,
Bimbingan Teknis Pendidikan Berkelanjutan, Workshop Percepatan Satuan Pendidikan Nonformal Terakreditasi, serta Pameran Pendidikan dan Kebudayaan.
Selain itu pada puncak peringatan HAI ke-54 2019 juga akan diberikan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah berkonstribusi dalam bidang keaksaraan. Penghargaan itu antara lain berupa Anugerah Aksara Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota, Anugerah Aksara bagi Pegiat Keaksaraan, Penghargaan Tokoh Komunitas Adat Terpencil/Khusus, Penghargaan TBM Kreatif/Rekreatif, Penghargaan Keberaksaraan bagi Peserta Didik Keaksaraan Dasar, dan Penghargaan Keberaksaraan bagi Peserta Didik Keaksaraan Usaha Mandiri.
Selanjutnya juga akan diberikan penghargaan kepada Pegiat Perempuan, penghargaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Penghargaan kelembagaan Sanggar Kegiatan Belajar, Penghargaan Publikasi Video Keaksaraan, Penghargaan Publikasi Keaksaraan di Media Cetak dan Daring, Lomba Video dan Foto Literasi Masyarakat, Penghargaan Mitra peduli PAUD dan Dikmas kategori DUDI/BUMN, Penghargaan Mitra Peduli PAUD dan Dikmas kategori ormas/yayasan.
Terdapat enam kabupaten dan satu kota yang akan mendapat anugerah di puncak peringatan HAI ke-54, yakni Kota Balikpapan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Bone, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Tangerang.
Buta Aksara dalam Angka
Sekedar informasi, Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (BPS), angka buta aksara di Indonesia turun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Contohnya pada 2017 jumlah penduduk buta aksara di Nusantara mencapai 3,4 juta jiwa. Kemudian pada 2018 turun menjadi 3,29 juta orang atau 1,93% dari total populasi penduduk, kata Abdul Kahar, turun lagi menjadi 1,9 juta jiwa. "Ini luar biasa," ucapnya.
Abdul Kahar menambahkan, Kemendikbud mempunyai berbagi program untuk mengentaskan buta aksara. Program tersebut tidak hanya sebatas mengajarkan baca tulis, namun juga dilaksanakan program lanjutan seperti Program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) dan Program Pendidikan Multikeaksaraan.
Program Multikeaksaraan berorientasi pada pemeliharaan keberaksaraan dengan fokus pada 6 literasi dasar, yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.
"Jadi bukan hanya sebatas baca tulis itu, tapi kita juga berikan yang namanya literasi IT, literasi finasial, literasi science , literasi budaya dan kewarganegaraan. Itu kita coba berikan sehingga tujuan melek dasar bukan hanya semata-mata baca tulis itu saja," jelas Abdul Kahar.
Sedangkan Program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) berorientasi pada pemberdayaan peserta didik ke sektor usaha mandiri sambil memberi materi pelajaran seputar usaha atau kegiatan mereka. "Contoh mereka bekerja sebagai nelayan atau yang di perkebunan, tentu materi-materi pembelajaran kita kaitkan dengan itu. Supaya bisa menjadi bagian dari mata pencaharian sehari-hari mereka," pungkas Abdul Kahar.