Jakarta, Gatra.com - Neraca transaksi berjalan atau current account defisit Indonesia (CAD) dilaporkan melebar pada kuartal II 2019, sebesar 3,04% atau setara dengan US$8,4 miliar. Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, mengatakan, ini bukanlah suatu persoalan yang besar.
"Kalau kita bicara CAD, sebenarnya untuk Indonesia, di mana kita masih dalam tren pertumbuhan. Maka, itu hal yang wajar," ujarnya setelah acara Diskusi Panel & Darmawisata ke BI bertemakan "Perekonomian dan Arah Kebijakan Sistem Pembayaran Indonesia" di Museum BI, Jakarta, Jumat (6/9).
Menurut Destry, membesarnya defisit merupakan hal wajar karena untuk hal-hal yang lebih produktif. Bukan untuk sesuatu yang konsumtif yang habis sekali pakai.
"Jadi, pertama dipakai untuk apa. Karena kalau konsumtif, masalah tidak akan habis. Tapi, kalau untuk produktif, itu akan bisa meng-generate future income," ujarnya.
Kedua, Destry melihat pembiayaan yang menimbulkan defisit. Misalnya untuk membiayai infrastruktur. Infrastruktur bersifat jangka panjang sehingga investasi langsung atau foreign direct investment (FDI) akan aman dan tidak menjadi masalah.