PASI bermurah hati membagikan bonus bagi atletnya. Dari tabungan masa depan hingga perjalanan wisata. Syaratnya dua: rebut medali atau bikin rekor baru.
Senin tengah malam, 29 Oktober lalu, pesawat yang membawa rombongan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Mereka baru saja tiba usai melaksanakan ibadah umrah sejak 21 Oktober.
Tentu saja ada banyak cerita seru selama di Tanah Suci. Simak saja cerita Emilia Nova. Atlet lari gawang ini sempat ogah pulang ke Tanah Air. "Saya sebenarnya masih pingin di sana (Makkah), tapi enggak mungkin karena tanggung jawab saya sebagai atlet untuk berlatih," katanya sambil tertawa.
Begitu pulang ke Tanah Air, rutinitas latihan kembali dijalani Emil dan kawan-kawan. Sejumlah kejuaraan internasional menanti dan menuntut kesiapan prima. Yang terdekat adalah Southeast Asian Games (SEA Games) 2019 di Filipina.
Ibadah kali itu bukan hanya asupan bagi kebutuhan spiritualnya. Umrah kemarin juga mengisi ulang semangatnya untuk kembali menorehkan prestasi. "Umrah memotivasi saya untuk bisa berprestasi lebih baik lagi," ujar gadis asal Jakarta itu.
Kalau Emilia emoh pulang kampung, kisah pelatihnya, Fitri Haryadi, justru sebaliknya. Ia justru sempat ragu pergi umrah saat mendapat tawaran dari PASI. Alasannya, takut kualat. Ia mendengar banyak nasihat kalau segala perbuatan baik dan buruk akan dibalas langsung saat beribadah di Makkah dan Madinah. "Terus terang sholat masih bolong-bolong, seminggu mungkin cuma sekali. Saya khawatir akan menerima balasan," katanya.
Syukurlah, semua aktivitas selama di sana berjalan mulus, bahkan terasa mudah. Ongky, begitu sapaannya, bahkan berhasil mencium hajar aswad saat keadaan sekitar batu hitam itu padat bukan main. "Saya sempat berpikir bisa mati karena harus desak-desakan, ternyata justru dimudahkan. Pengalaman ini membuat saya yakin, kalau kita ikhlas melakukan sesuatu, pasti akan dimudahkan Allah. Begitu pula kalau kita melatih dan berlatih, saya yakin kita bis meraih prestasi terbaik," katanya.
Wisata perjalanan ibadah ini merupakan bonus yang diberikan pengurus bagi atlet dan pelatih yang berprestasi di Asian Games 2018 kemarin, di mana Indonesia menjadi tuan rumah. PB PASI memberikan penghargaan bagi atlet peraih medali di ajang Asian Games 2018. Bentuk apresiasinya berupa umrah gratis. Bukan hanya atlet yang diguyur bonus perjalanan ibadah ini, para pelatih dan pengurus pun mendapat hadiah serupa.
"Bonus umrah ini untuk pertama kalinya. Kita kasih dengan tujuan memotivasi para atlet yang lain untuk berprestasi. Sebelumnya mereka yang berprestasi kita kasih bonus berupa tabungan untuk masa depan mereka dan usaha toko seperti yang didapat Emilia Nova," kata Ketua Umum PB PASI, Mohamad Hasan.
Sumbangan medali dari cabor atletik turut mengerek ranking Indonesia ke posisi keempat klasemen akhir Asian Games 2018. Peringkat cemerlang yang melampui target awal pemerintah minimal masuk 10 besar. Indonesia bahkan satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk 10 besar lewat perolehan medali dengan raihan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
Atletik mempersembahkan tiga medali. Satu perak dari nomor lari estafet 4x100 putra dengan formasi tim Lalu Muhammad Zohri, Eko Rimbawan, Bayu Kertanegara dan Fadlin. Lalu, satu perak lain diperoleh Emilia Nova dari nomor 100 meter gawang putri. Atlet lompat jauh, Sapwaturrahman turut menyumbang perunggu.
Rupanya, bonus perjalanan wisata ibadah ini tidak hanya berdampak pada para atlet peserta Asian Games 2018. Atlet junior atketik turut ketularan semangatnya. Liza Putri Ramandha, misalnya. Remaja berusia 17 tahun ini merasa termotivasi berprestasi melihat senior-seniornya di pelatnas mendapat bonus ibadah umrah gratis.
"Prestasi senior di Asian Games 2018 kemaren membuat saya juga ingin seperti mereka. Saya ingin membuat bangga PB PASI, orangtua dan juga pelatih," tuturnya kepada wartawan GATRA Dara Purnama.
Hadiah itu dijadikan sebagai pelecut semangat untuk bisa meraih prestasi yang lebih tinggi. Gadis asal Jakarta itu berjanji akan lebih giat dan keras lagi dalam latihan.
Spesialis 100 meter lari gawang putri ini memang tergolong atlet pendatang baru di PB PASI. Ia baru bergabung di pemusatan latihan nasional (pelatnas) tahun lalu. Prestasi tertingginya adalah juara kedua Asian School Games (ASG) pada Juli lalu di Malaysia.
Gairah yang sama juga dirasakan Moch Bisma Diwa, 23 tahun. Ia mengaku sangat termotivasi dengan bonus umrah yang dirasakan rekan-rekan seniornya. Apalagi secara khusus Bisma memang sangat mengidolakan Fadlin, peraih medali perak di nomor estafet 4x100 meter putra bersama dengan Muhammad Zohri, Eko Rimbawan, dan Bayu Kertanegara.
"Saya memang baru banget bergabung di sini. Baru masuk 26 Oktober lalu. Kebetulan saya senang dengan Bang Fadlin. Lihat foto-foto di Instagram-nya bisa umrah saya senang dan ingin seperti dia. Kapan ya saya bisa begitu," kata pria asal Jawa Timur ini.
PB PASI cukup royal mengguyurkan bonus bagi atletnya yang cemerlang. Sebelum memberikan bonus umrah, pengurus juga pernah memberikan tabungan masa depan kepada atlet pemecah rekor nasional sejak 2016. Opsi ini dipilih untuk menjaga kemampuan finansial atlet di masa pensiun. Berbagai kisah tentang mantan atlet yang hidup susah di masa tua tentu pernah beberapa kali terdengar.
Sprinter Ifan Anugerah Setiawan mendapat Rp50 juta saat memecahkan rekornas estafet 4x400 meter junior pada ajang ASEAN Schools Games (ASG) 2016 di Vietnam. Selain Ifan, ada 14 atlet pemecah rekornas lainnya yang dapat bonus serupa. Besaran tabungannya bervariasi antara Rp10 juta-Rp 100 juta rupiah.
Pada 2017, PB PASI kembali membagikan bonus dengan nilai total Rp1,02 milyar kepada 19 atletnya. Hasan berharap tabungan ini menjadi modal para atlet untuk membuka usaha kelak saat pensiun dari dunia olahraga. "Mereka bisa menjadi pengusaha UKM, sehingga penghasilannya tidak terhenti dan menjadi susah saat pensiun nanti," ujarnya kala itu.
Putri Kartika Utami