![](https://static.gatra.com/foldershared/images/2019/erry/09-Sep/44.jpg)
Jakarta, Gatra.com-- Pengamat militer dan keamanan, Connie Rahakundini menilai, kerusuhan Papua dan Papua Barat tak sepaptutnya publik terus-terusan menyalahkan aparat keamanan TNI dan Polri. Menurutnya, publik salah besar bila menyalahkan aparat yang dianggap terlalu represif dalam menjaga Papua. "Tidak baik Polisi dan TNI disalahkan terus menerus dalam kerusuhan Papua," kata Connie di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (5/9).
Connie membeberkan analisisnya, menurutnya ada orang yang mengambil keuntungan dan keteledoran politik sehingga membuat keadaan semakin kacau. Kata Connie, ada beberapa hal yang menjadi pemicu kerusuhan Papua, seperti diskriminasi rasial yang sangat marak terjadi. Connie membeberkan sempat ada konvensi yang mendukung Papua keluar dari Indonesia karena berbeda warna kulit, rambut, dan lainnya. MHal rersebut seharusnya tak sampai terjadi bila kementerian dan lembaga terkait bisa mencegahnya.
"Siapa penyelenggara (pencegahan) nya? Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pendidikan. Jadi kalau saya harus marah, saya harusnya marah sama kementerian yang harusnya bisa mensortir seperti itu, tapi nggak terjadi," terangnya. Lebih lanjut, Connie mengatakan kerusuhan Papua juga dikendalikan kelompok radikal. Hal tersebut juga dianggap Connie sebagai pembiaran politik oleh pemerintah.
"Saat ini pemerintah goalnya hanya bertahan. Hal ini cuma bisa mempertahankan Papua. Menurut saya, kita harusnya bisa menjadi pemenang. Pemenang di hati Papua, pemenang di Pulau Papua. Kita harus menang," pungkas Connie.