Jakarta, GATRAreview.com - Di tengah kondisi ekonomi global yang sedang tak menentu, Pemerintah melakukan sejumlah strategi untuk menaikan angka pertumbuhan ekonomi. Satu diantaranya dengan secara teratur menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel untuk memperoleh dana segar. Data Kemenkeu menunjukkan hingga Agustus tahun ini total investasi SBN ritel mencapai Rp38 triliun.
Penerbitan SBN ritel merupakan komitmen pemerintah untuk mengoptimalkan keterlibatan seluruh warga Negara dalam pembangunan Indonesia. Selain itu bertujuan mengurangi ketergantuan terhadap pinjaman dengan mata uang asing. " Juga menumbuhkan sense of ownership segala tingkatan masyarakat, “ kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Luky Alfirman kepada M Egi Fadliansyah dari GATRA di Jakarta, Kamis (5/9).
Generasi Milenial Melek Investasi
Luky mengungkapkan, yang menariknya dari penjualan SBN Ritel, ternyata generasi milenial menunjukkan kontribusi terbesar dengan mendominasi pembelian SBN Ritel sebanyak 50,85% dari total investor. Capaian tersebut membuktikan bahwa masyarakat Indonesia, khususnya generasi milenial cukup melek investasi. Mereka juga memiliki kesadaran tinggi untuk turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia.
"Kita bicaranya tidak hanya jangka pendek. Kita akhirnya membiasakan investasi. Jadi mereka lebih teredukasi, karena banyak juga investasi yang abal-abal. Positifnya sudah ada kebiasaan menabung, ini luar biasa. Jadi SBN ritel investasi juga, yang sifatnya lebih berkelanjutan,” ujar Luky.
Dorong Investasi Lewat Tax Holiday
Selain penjualan SBN ritel, pemerintah juga gencar mendorong peningkatan investasi di sektor industry. Pemerintah terus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang diharapkan mampu menarik datangnya investor asing ke Indonesia. Diantaranya pemberian tax holiday atau pembebasan pajak yang diberikan untuk perusahaan yang baru dibangun selama periode tertentu.
Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BBPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ngakan Timur Antara, tax holiday diharapkan dapat menarik animo investor asing untuk melakukan investasi di Indonesia. Apalagi dengan didukung adanya kemudahan proses dalam mendapatkan insentif ini melalui sistem Online Single Submission (OSS). "Animo orang yang ingin mendapatkan tax holiday itu meningkat. Karena sekarang prosesnya jauh lebih mudah," katanya kepada Ryan Puspa Bangsa dari GATRA di Bogor, Kamis (5/9).
Sementara itu Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Humas Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Hestu Yoga Saksama mengatakan, pada tahun ini, tax holiday cukup banyak menggaet investor. Hal ini disebabkan karena adanya Peraturan Menteri Keuangan PMK 35/2018. PMK yang terbukti menarik banyak investor. "Itu karena perubahan mendasar pada skema insentif yang lebih menarik. [Selain itu] prosedur persetujuan yang lebih memberikan kepastian," kata Hestu kepada GATRA di Jakarta.
Menyerap Ribuan Tenaga Kerja
Berdasarkan data yang dihimpun GATRA pada tahun 2018 dan 2019, pemerintah menargetkan memberikan insentif tax allowance dan tax holiday sebesar Rp451,1 triliun dan diharapkan dapat menyerap 29.059 tenaga kerja. Total saat ini, sudah ada 36 investor yang mendapatkan tax allowance dan tax holiday. Para 34 investor di antaranya merupakan penanaman modal baru, selebihnya adalah investor yang merupakan perluasan usaha. Negara nnvestor berasal dari Cina, Singapura, Hongkong, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Belanda, Thailand, dan British Virgin Island.
Editor : Sujud Dwi Pratisto