Yogyakarta, Gatra.com - Bentara Budaya Yogyakarta menggelar pameran ‘Tanda Mata XIII', 3-11 September 2019. Sesuai tajuknya, pameran ini menampilkan karya-karya yang menjadi tanda mata atau kenang-kenangan dari para seniman yang pernah memajang karyanya di galeri Bentara, Kota Yogyakarta, tersebut.
Sejak berdiri pada 1982, Bentara tak terhitung menggelar pameran. Sebagai imbal balik dan ungkapan terima kasih, para perupa yang menggelar pameran di Bentara memberikan karyanya sebagai tanda mata. Hasilnya, sejak 1982 itu hingga kini, ada 531 karya berupa lukisan patung, grafis , foto, keramik, kriya seni, dan kerajinan.
Saat Bentara berulang tahun ke-15 pada 1997, karya-karya cendera mata itu dipamerkan. Sejak itu, agenda tersebut rutin digelar tiap tahun. Pada Selasa (3/9), pameran ke-13 digelar menandai ultah Bentara ke-37 dan diikuti 25 seniman.
Pameran dibuka oleh kurator Bentara, Sindhunata, dan seniman Djaduk Ferianto. Djaduk menyatakan pameran ini bisa menunjukkan konsistensi seorang seniman berkarya. Bukan hanya dari usia perupa penyumbang karya, tapi juga semangat mereka untuk tak hanya mengejar keuntuangan komersial.
“Kita pernah dengar istilah goreng-menggoreng seni. Itu abaikan. Perayaan ini bisa diapresiasi oleh semua kalangan. Kesenian tidak hanya untuk pekerja seni. Inilah seni yang lintas disiplin. Semua bisa mengakses dari teknokrat, pakar hukum, ekonom politikus,” ujarnya.
Seperti kata Djaduk, para seniman datang dari semua generasi. Dari perupa ‘old’ ada Agung Suryahadi, 65 tahun, yang menyumbang karya tahun 2017 ‘Menghadapi Dilema’ dan Subandi Giyanto, 61 tahun, dengan lukisan ‘Kuda Kuning’ buatan 2018. karya Subandi ini menarik karena memadukan teknik menyungging wayang kulit dengan seni rupa modern.
Djaduk, yang dikenal sebagai musisi, memberikan ‘Meretas Bunyi’, karya fotografi cetak digital di atas kertas cat air 60x40 centimeter. Karya tahun 2016 ini menampilkan mendiang Sujud Kendang, pemain kendang kondang di Yogyakarta saat tampil di depan seniman lain di Bentara dalam format hitam putih.
Di luar nama-nama senior itu, sederet seniman jaman ‘now’, kelahiran 1990-an, juga menitipkan karya-karya mereka untuk dikoleksi Bentara. Salah satunya adalah Putri Pertiwi, 28 tahun, yang berkebutuhan khusus karena mengalami down syndrome.
Pada awal 2019, Putri menggelar pameran tnggal ‘Titik Balik’ di Bentara selama delapan hari. Di pameran Tanda Mata XIII ini, ia menyumbangkan ‘Pernikahan Mas Tiyok dan Mba Sri’. Lukisan akrilik di atas kanvas 70x80 centimeter ini menampilkan sepasang pengantin dan setangkai bunga merah di tengah keduanya.