Jakarta, Gatra.com - Perluasan pasar ekspor yang sedang dilakukan Kementerian Perdagangan (Kemendag) bisa menyelamatkan ekspor nasional. Apalagi kondisi perdagangan luar negeri saat ini sedang lesu terdampak ketidakpastian global dan perang dagang.
Perjanjian-perjanjian dagang mutlak dilakukan guna menggali potensi perdagangan yang lebih besar. Penguatan dan perluasan kerja sama, baik ke kawasan Afrika dan Asia akan membuat potensi ekspor ke depan semakin besar.
Ekonom Perdagangan Luar Negeri dari Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal menilai Asia merupakan kiblat baru yang berpotensi besar. Amerika Serikat dan Eropa sudah menyadari potensi besar yang dimiliki Benua Asia.
“Pemerintah Indonesia sudah menyadari hal tersebut. Dari sisi arah sudah ke sana,” ujar akademisi ini kepada wartawan di Jakarta, Rabu (4/9).
Kawasan Asia ini akan menjadi penyumbang output terbesar pada satu dekade ke depan. Hal tersebut memungkinkan transaksi perdagangan berada di Asia dengan nilai 40% pada 2030 yang ditopang oleh emerging market seperti Cina, ASEAN, Jepang, India, dan Korea Selatan.
Pasar Asia merupakan penyumbang terbesar dalam membentuk nilai ekspor Indonesia periode Januari-Juli 2019. Cina berkontribusi sebesar 15,53% dari total nilai ekspor Indonesia pada periode tersebut. Sementara itu, Asia Tenggara sebesar 22,98% dari total nilai ekspor pada periode yang sama.
Selain itu, kerja sama dengan pasar Timur Tengah dan Afrika harus terus ditingkatkan. Pasalnya, kedua kawasan tersebut potensial dalam perdagangan dunia. “Jadi, kita jangan membatasi diri hanya di Asia Timur karena lebih banyak, lebih baik,” cetusnya.