Palembang, Gatra.com – Kondisi bayi kembar siam, Ashya Zahra memburuk. Pada pukul 11.00 wib, Rabu (4/9), bayi yang baru sembilan hari menjalani operasi pemisahan tersebut meninggal dunia.
Dalam keterangannya, Koordinator Humas RSUP Muhammad Husein Palembang, Akhmad Suhaimi menjelaskan bayi kembar siam parasit, anak pasangan Afit, 30 tahun dan Orin Safitri, 26 tahun mengalami sesak napas kembali sejak hari kelima. Perutnya semakin membesar karena tidak buang air besar. Pada hari tersebut, bayi kembali diberikan alat bantu yang dipasang hingga ketenggorokan. Upaya pengecekkan darah kembali dilakukan dan diperoleh kadar darah merah (trombosit) mengalami penurunan, sekaligus fungsi ginjalnya.
“Kondisi demikian memungkinkan bagi bayi kurang bulan dengan daya tahan tubuh yang rendah sehingga tidak merespon baik terhadap antibiotik. Pada hari kesembilan, denyut hantung di bawah batas normal, sehingga diberi obat penguat jantung namun tidak mendapatkan respon hingga bayi dinyatakan meninggal pada pukul 10.55 wib,” ujarnya, Rabu (4/9).
Pada sehari sebelumnya, atau hari kedelapan, bayi mengalami pendarahan dari saluran pencernaah sehingga diberikan transfusi namun sayangnya kondisi bayi makin memburuk akibat berbagai organ tubuh gagal merespon akibat infeksi berat (sepsis).
Bayi kembar siam perempuan yang berusia dua hari dirujuk ke RSUP Muhammad Husein, pada 14 Agustus lalu. Bayi pertama yang lahir secara caesar ini berusia kehamilan 35 minggu karena mengalami eklamsi, dan mengalami kembar siam parasit. Kedua bayi kembar ini memiliki berat 2,3 kg, dan saat operasi pemisahan, satu bayi bernama Aisyahja Zara meninggal dunia.
Bayi Ashya Zahra menjalani perawatan intensif, oleh tim dokter rumah sakit. Penyelamatan satu bayi disebabkan karena kondisi satu bayi lainnya sangat tidak memungkinkan diselamatkan akibat tidak memiliki saluran napas (tenggorokan) dan tidak terbentuk paru-paru.
“Dua hari pertama setelah operasi, bayi stabil dengan terpasang akses infus pada pembuluh darah besar guna pemberian nutrisi, obat-obatan dan pemantauan tanda vital, pasien juga terpasang selang kencing. Tampak rem besan cairan pada luka operasi dan mengalami satu kali periode demam,” terangnya.
Sehari setelahnya, bayi membaik dengan tidak menggunakan alat bantu napas langsung ke tenggorokan namun melalui hidung selama tiga hari. Setelah dilakukan pemeriksaan darah, kondisi darah merah menurun, kadar protein darah rendah dan penanda infeksi meningkat, “Tim lakukan penambahan darah merah, protein dan antibiotik, sampai pada hari kelima,”pungkasnya.