Nusa Dua, Gatra.com - Technology Advisor PT Shell, Kong Hua Ong, mengatakan bahwa saat ini pihaknya telah siap bekerja sama dengan pemerintah terkait penelitian dan pengembangan biofuel di Indonesia. Menurutnya, isu mengenai penelitian biofuel bukan merupakan hal baru bagi Shell.
"Untuk Shell sendiri, ini bukan sesuatu yang baru, sudah lebih dari 30 tahun Shell melakukan penelitian dan pengembangan biofuel. Bahkan untuk B100 pun sudah pernah dilakukan," katanya di Nusa Dua, Bali, Selasa (3/9).
Baca juga: Biodiesel B100 Kementan Terbukti Lebih Hemat
Meskipun begitu, Kong Hua mengkritisi beberapa hal terkait rencana penggunaan B100 yang ditargetkan pemerintah beberapa tahun ke depan. Menurutnya, penerapam green diesel atau B100 ini tidak bisa serta-merta dilakukan tanpa persiapan yang matang.
"Pertama, kesediaan dari bahan baku atau bahan mentahnya itu sendiri. Apakah mencukupi atau tidak. Kedua, accepted in the market. Customer mau atau tidak? Apakah sudah ada keinginan dari customer untuk menerima produk ini?" ujarnya.
Selanjutnya, kata Kong Hua, harus ada kerja sama dengan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan perusahaan peralatan asli (OEM). Pasalnya, kesiapan dan kecocokan dari kendaraan dengan B100 harus sangat diperhatikan.
"Kalau kendaraannya tidak compatible, itu [B100] nanti tidak bisa juga dipakai," ucap Kong Hua.
Baca juga: Kementerian ESDM Dukung Uji Coba B100 Kementan
Terakhir, lanjut Kong Hua, harga yang diberikan untuk konsumen pada B100 ini harus dapat diperkirakan dengan baik. Jangan sampai harga yang diberikan malah jauh lebih mahal dibanding biofuel.
"Jadi kalau empat poin itu bisa di-address, kita bisa melakukan untuk apapun itu, baik B30 maupun B100," katanya.