Cali, Gatra.com - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) akan meningkatkan kolaborasi kerja sama riset di bidang pertanian dengan The International Center for Tropical Agriculture (CIAT).
Kepala Balitbangtan, Dr. Fadjry Djufry, dalam keterangan tertulis, Selasa (3/8), menyampaikan, keterangan tersebut saat berkunjung ke kantor pusat CIAT di Cali, Colombia, memenuhi undangan DG CIAT, Dr. Ruben G. Echeverría.
Dalam kesempatan tersebut, Fadjry melakukan diskusi mendalam bersama Direktur Program Management, Dr. Maya Rajasekharan; dan Direktur Regional Asia, Dr. Dindo Campilan. Dalam diskusi Dr. Fadjry menyampaikan bahwa Balitbangtan siap meningkatkan kolaborasi kerja sama yang telah ada selama ini.
"Balitbangtan dan CIAT mempunyai sejarah kerja sama yang telah lama. Beberapa program kerja sama yang telah dilakukan, seperti penelitian dan pengembangan varietas unggul kedelai dan cassava, pengelolaan air di daerah kering untuk meningkatkan produktivitas dan indeks pertanaman, Climate Smart Agriculture di daerah tropis, big data untuk standing crop, dan monitoring produktivitas serta peternakan," katanya.
Menguatkan hal yang telah disampaikan Kepala Balitbangtan, Maya dan Dindo menyampaikan bahwa Indonesia mempunyai arti penting bagi CIAT karena banyaknya penelitian yang telah dilakukan bersama-sama.
Dari pemutaran video tentang dukungan Balitbangtan dalam mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia tahun 2045, Dindo Campilan menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan kekayaan SDG yang luar biasa, sehingga cita-cita Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045 pasti dapat dicapai, tentunya dengan dukungan teknologi inovasi pertanian.
Dalam kunjungan ini, tim Balitbangtan berkesempatan untuk mengunjungi Genebank CIAT yang mengelola 1.402 aksesi asal Indonesia. Genebank CIAT dikelola secara profesional, dengan total 66.787 aksesi yang terdiri atas 38.938 aksesi kacang, 6.155 aksesi singkong dan 22.694 aksesi rumput makanan ternak. Genebank CIAT memiliki back up di Norwegia dan Amerika Serikat.
Di sela-sela diskusi saat kunjungan, Fadjry menyampaikan bahwa Indonesia juga mempunyai genebank yang mengelola 10.790 aksesi yang ke depan pengelolaannya akan diarahkan seperti di CIAT.
Dalam kesempatan diskusi dengan Andi Jarvis Decision and Policy Analysis Reseach Area Director tentang digital agriculture dan big data, Fadjry menyampaikan bahwa market intelligence merupakan hal penting bagi pembangunan pertanian ke depan.
"Balitbangtan akan menggunakan big data sebagai market intelligence dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian ke depan, untuk mengetahui kebutuhan inovasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan industri pertanian," katanya.
Andi menyampaikan bahwa adopsi teknologi tidaklah mudah walaupun lewat penyuluh. "Salah satu tantangan adopsi teknologi adalah SDM yang berpindah dan juga kebijakan pemerintah yang selalu berubah," ungkapnya.
Diskusi menarik juga terjadi saat membahas topik sustainable food system. CIAT menyampaikan bahwa pertanian hanyalah sebagian dari food system, sehingga yang terpenting adalah pengambil kebijakan haruslah memahami value chain nutrion, termasuk demand dan supply.
Sebagai penutup diskusi, Fadjry juga menyampaikan bahwa Indonesia dalam menuju kedaulatan pangan bukan berarti menutup diri, tetapi tetap melakukan kerja sama untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Kesepakatan program kerja sama yang diperoleh dari hasil kunjungan ke CIAT, meliputi workshop mengenai big data yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober. Hasil dari workshop ini diharapkan dapat tersusunnya country profile pertanian Indonesia.
Selain itu, kesepakatan tersebut menghasilkan usulan kerja sama dan pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan materi genetik untuk perakitan VUB dengan karakter khusus, management gene bank dan Big Data, termasuk di dalamnya memanfaatkan Big Data untuk memetakan Food System dalam rangka mendukung kebijakan Food atau Nutrient Agri Comodity Value chain, yang sudah dilakukan oleh Balitbangtan.
Untuk itu CIAT menyatakan ketertarikan dan kesiapan mereka dalam membina peneliti Balitbangtan yang memiliki keahlian khusus pada bidang Forage atau rumput liar yang prospektif untuk pakan ternak.