Palembang, Gatra.com - Berkat keilmuannya yang tinggi, Syaihk Abdus Samad Al Palimbani menjadi sosok orang Palembang yang menginpirasi lintas zaman. Hal ini diungkapkan Mal An Abdullah sekaligus penulis buku berjudul Syahk Abdus Samad Al Palimbani: biografi dan warisan keilmuan dalam acara bedah buku di Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Senin (2/9).
Menurutnya, beberapa faktor yang menjadikan Syaihk Abdus Samad dijuluki sebagai ulama sufi yang menginpirasi dapat dilihat dari sisi perjuangnnya pada massanya. Ia telah mampu membuat karya tulis dan menjadi satu-satunya karya tulis yang dihasilkan di kalangan Melayu saat itu. Selain itu, keilmuan ulama Syaihk Abdus Samad dinilai sangat tinggi, terutama dalam masalah tasawuf.
"Dia dianggap ulama sufi yang paling terpelajar dari dahulu hingga sekarang," ungkapnya usai acara bedah buku.
Syaih Abdus Somad melalui motode pembelajaran tasawuf aktif, telah dikenalkan kepada masyarakat melahirkan sejumlah ulama dari kalangannya, "Termasuk Al quran cetakan Palembang merupakan anak murid Syaihk Abdus Samad," terangnya.
Mal An mengungkapan, sosok Abdus Samad merupakan ulama yang lahir di Palembang namun besar diperantauan. Diperkirakan, Ia mulai meninggalkan Palembang saat memasuki usia baligh yang pertama kemudian pindah ke negara Arab Saudi.
"Untuk lokasi tinggal masa kecilnya di Palembang belum terlacak dengan tepat, namun diperkirakan dari keluarga keraton," tegasnya.
Kendati merantau dan meninggal di Patani Thailand, Mal An menilai, Syaihk Abdus Samad tidak melupakan Palembang sebagai kota kelahirannya. Hal ini dibuktikan dengan menikahkannya anak perempuannya dengan orang Palembang, "Dia memang mau mati sahid di Patani, sebab disana merupakan tanah kelahiran istrinya," ujarnya.
Sosok Syaihk Abdus Samad sendiri merupakan ulama inspirasi di dunia melayu terutama bagi beberapa daerah seperti Sumatera, Pulau Jawa hingga Aceh. "Di Aceh dia menjadi inspirasi perang Sabi," ujarnya.
Mal An menceritakan, buku tentang biografi Abdus Samad sendiri mulai ditulisnya sejak 1980 berbekal data yang terbilang minim. Namun secara perlahan ditemukannya data pendukung termasuk manuskrip dan naskah Palembang.
"Manuskrip dan naskah Palembang sangat menentukan. Sisanya data inventaris dan momen tertertu saja yang direkam. Misalakan manuskrip yang ditrrbitkan di Yaman, dimana mencatat aktifitas dia selama di Aman," terangnya.
Reporter: Karerek