Kabul, Gatra.com - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bertemu dengan diplomat yang menjadi utusan Amerika Serikat (AS) untuk Taliban Zalmay Khalilzad, terkait hasil kesepakatan antara AS dan Taliban, Senin (2/9).
Draf kesepakatan yang diperoleh setelah negosiasi AS-Taliban yang dilakukan berbulan-bulan telah menyetujui gencatan senjata dan penarikan pasukan AS secara bertahap dari perang terpanjang mereka. Imbalannya, komitmen Taliban untuk melindungi Afghanistan dari para kelompok militan yang merencanakan serangan di AS dan sekutunya.
Kantor berita Reuters melaporkan, AS akan menarik hampir 5.000 tentara dari Afghanistan, dan menutup lima pangkalan militer dalam waktu 135 hari berdasarkan rancangan perjanjian perdamaian yang disepakati dengan Taliban, kata kepala perunding AS, Zalmay Khalilzad, pada hari Senin (2/9).
Khalilzad mengatakan, pembicaraan "intra-Afghanistan" akan berlangsung di Norwegia, dan bertujuan untuk mencapai penyelesaian politik yang lebih luas, serta mengakhiri pertempuran antara Taliban dan pemerintah yang didukung Barat di Afghanistan.
Rincian perundingan itu masih belum jelas, karena sejauh ini Taliban masih menolak untuk berurusan langsung dengan pemerintah, yang dianggap sebagai rezim "boneka" tidak sah.
Ghani bertemu Khalilzad untuk "mempelajari dan menilai" perincian draf itu, kata juru bicara presiden Afghanistan Sediq Sediqqi kepada wartawan, Senin pagi.
"Tetapi bagi kami, perdamaian yang berarti atau jalan menuju perdamaian yang bermakna adalah akhir dari kekerasan dan negosiasi langsung dengan Taliban," sambung Sediq.
Zalmay Khalilzad mengatakan, kesepakatan yang dicapai setelah berbulan-bulan negosiasi itu, masih harus disetujui oleh Presiden AS Donald Trump sebelum ditandatangani.
Trump telah membuka sedikit rahasia keinginannya untuk menarik 14.000 tentara AS pulang dari Afghanistan, pasukan yang telah berada di negara ini sejak AS berhasil menggulingkan Taliban di tahun 2001.
Namun, ada kekhawatiran di antara para pejabat Afghanistan dan pembantu keamanan nasional AS tentang penarikan pasukan AS. Mereka khawatir Afghanistan akan bergumul ke dalam perang saudara baru yang dapat menandai kembalinya pemerintahan Taliban, dan memungkinkan para militan internasional, termasuk Negara Islam, untuk mencari perlindungan di negara itu.