Jakarta, Gatra.com - Gerakan Pemuda Papua Cinta Damai (GPPCD), Gerakan Aktivis Melanesia serta Pemuda Indonesia Timur menggelar aksi massa di depan Istana Negara. Mereka berharap agar Papua tetap berada dalam bagian dari NKRI.
Salah satu koordinator massa, Hamis Souwakil mengatakan bahwa pihaknya meminta kepada pemerintah agar dapat segera menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Papua. Menurutnya, gejolak yang terjadi baru-baru ini di tanah Papua dapat mengancam kesatuan NKRI.
"Sebab kita sayang dan cinta akan Papua, maka dari itu kita menolak wilayah ini untuk memisahkan diri dari Indonesia. Kita memikirkan sejarah perjuangan para pendiri bangsa ini yang telah memerdekakan NKRI," ujarnya di depan Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Senin (2/9). Dia juga menyatakan, oknum dari suku Papua yang menuntut untuk keluar dari wilayah Indonesia dengan mengibarkan bendera kejora bermuatan politis. Hamis menyakini bahwa tindakan itu juga dibarengi adanya intervensi dari pihak luar negeri yang berusaha untuk mengacaukan kesatuan NKRI.
"Kami mengimbau kepada semua rakyat Indonesia untuk tidak teragitasi dengan ucapan para politisi untuk memecah belah bangsa. Kami memperkirakan bahwa gerakan di Papua adalah gerakan by design," tambahnya.
Orator lainnya, Sudiono yang berasal dari tanah Maluku juga menyatakan penolakannya atas aksi pengibaran bendera bintang kejora sebagai bentuk pemisahan wilayah Papua dari NKRI. Sebagai generasi muda Indonesia, dia mengaku wajib untuk menjaga kesatuan wilayah Timur Indonesia, khususnya Papua dari oknum yang berusaha menguasai wilayah tersebut.
"Pada kesempatan kali ini kami sebagai Pemuda Nusantara dari Timur Indonesia menolak referendum yang dilontarkan oleh pihak-pihak yang menyampaikan referendum itu. Sebagai pemuda yang lahir di bumi NKRI kami menyesalkan kejadian tersebut," ungkapnya.