Hong Kong, Gatra.com - Para pengunjuk rasa anti pemerintah memblokir jalan sekitar Bandara Internasional Hong Kong (HKIA), dengan membakar barikade dan merusak sebuah stasiun kereta api pada Ahad (1/9) pasca terjadinya bentrokan di Sabtu malam dengan polisi.
Kantor berita Associated Press, Senin (2/9) melaporkan, akibat aksi demonstrasi ini transportasi publik pun mengalami gangguan. Kereta api dan beberapa layanan bus ke bandara di pulau terpencil Chek Lap Kok ditangguhkan. Banyak penumpang yang rela berjalan ke bandara sambil membawa barang bawaan mereka, beberapa penerbangan juga mengalami penundaan.
Hong Kong telah menjadi tempat protes anti-pemerintah yang sengit selama hampir tiga bulan terakhir. Demonstrasi dimulai sebagai tanggapan terhadap usulan undang-undang ekstradisi dan meluas untuk memenuhi tuntutan lain dalam upaya menegakkan demokrasi di wilayah semi-otonom Cina ini.
Para demonstran menganggap Beijing dan pemerintah Hong Kong telah mengikis otonomi dan kebebasan sipil di Hong Kong.
Di awal September (1/9), perusahaan layanan kereta bandara (MTR Corp) menangguhkan pemberangkatan kereta, setelah ratusan pengunjuk rasa sengaja berkumpul untuk mengganggu layanan transportasi publik.
Para demonstran ini juga memblokir bus yang tiba di bandara, tapi polisi memaksa mereka keluar dari kawasan terminal bandara. Pemerintah mengatakan, beberapa pengunjuk rasa melemparkan benda-benda membahayakan ke polisi.
Setidaknya 26 penerbangan dari Hong Kong dan 17 penerbangan ke luar Hong Kong telah dibatalkan pada pukul 19.55 waktu Hong Kong.
Setelah pengunjuk rasa mulai menguasai bandara di sore hari, beberapa demonstran lain menyerang stasiun kereta di wilayah Tung Chung. Mereka menghancurkan beberapa fasilitas stasiun seperti lampu, hingga membuka katup alarm kebakaran, yang membuat pancuran air membasahi lantai stasiun.
Sebanyak 63 orang ditangkap di stasiun kereta bawah tanah Mong Kok, Yau Ma Tei dan Prince Edward, kata polisi. Yang termuda adalah seorang bocah lelaki berusia 13 tahun yang dituduh membawa dua bom gasoline.
Protes di Hong Kong mulai meletus sejak awal Juni, dan sebanyak 7,4 juta orang menuntut apa yang dijanjikan soal "kebebasan otonomi" berdasarkan perjanjian antara Beijing dan London.
Demonstran melihat RUU ekstradisi ini layaknya "satu negara, dengan dua sistem," yang memungkinkan tersangka kejahatan dikirim ke Cina, tempat Partai Komunis mengontrol sistem pengadilan.
Pekan lalu, para demonstran di luar Konsulat Inggris meminta London untuk memberikan kewarganegaraan kepada orang-orang yang lahir sebelum Hong Kong dikembalikan ke Cina. Sekitar 200 orang mengibarkan bendera Inggris, dan meneriakkan "Hak yang setara sekarang!" dan "Berdiri dengan Hong Kong!"
Banyak yang berharap Inggris akan memberikan kewarganegaraan kepada orang-orang yang lahir di Hong Kong sebelum 1997. Sebagai ganti kewarganegaraan, London memberi paspor orang-orang Hong Kong "British National Overseas" yang dapat digunakan untuk perjalanan tetapi tidak untuk menetap di Inggris.