Jakarta, GATRAreview.com - Universitas Brawijaya termasuk kampus pertama di Indonesia yang menyelenggarakan program smart classroom. Sudah diterapkan di enam fakultas. Butuh anggaran Rp5 miliar per tahun. Hadi Sebastian berada di kelas yang hening. Mahasiswa program studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang, Jawa Timur itu, menuliskan sesuatu pada papan tulis elektronik di hadapannya sambil mendengarkan presentasi dosen pada satu mata kuliah yang bisa diunduh via Youtube atau aplikasi lainnya. Tiga buah kamera memantau aktivitas belajarnya. “Fasilitas perkuliahannya oke,” ujar mahasiswa semester IV asal Bekasi, Jawa Barat itu.
Ruang kelas kedap suara, fasilitas digital, dan akses internet yang mudah itu merupakan produk dari smart classroom atau ruang kuliah pintar yang dimiliki Unibraw. Hadi mengaku fasilitas tersebut membantunya mengakses materi-materi secara interaktif dalam proses pembelajaran. Universitas Brawijaya mengklaim sebagai kampus pertama yang menyediakan fasilitas smart classroom di Indonesia. Pengadaan perangkat untuk kelas pintar itu sudah digarap sejak 2016 dan mulai direalisasikan tahun lalu.
Program ini dimasukkan dalam program kelas internasional. Untuk sementara, kelas pintar hanya melayani mahasiswa semester II hingga semester V. “Semester VI kembali ke kelas reguler,” kata Hadi.
Dekan Fakultas Pertanian Unibraw, Damanhuri menjelaskan, semua fakultas di kampusnya sudah memiliki fasilitas smart class. Namun tak semua kelas memiliki fasilitas canggih itu. Dari 54 kelas di Fakultas Pertanian, baru ada empat smart class. “Karena biayanya terlalu tinggi. Nanti setelah dapat anggaran, kita setting [semua] untuk smart class,” ujarnya.
Sejauh ini, ada beberapa fakultas di Unibraw yang sudah memiliki fasilitas smart class. Fakultas tersebut, antara lain Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Komputer (Filkom), Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Teknik.
Smart class memiliki kelebihan dibandingkan dengan kelas reguler. Pada kelas reguler, dosen suatu mata kuliah hanya bisa mengajar satu mata kuliah di satu ruangan. Dengan adanya smart class, satu mata kuliah bisa diajarkan di banyak kelas. Setiap kelas bisa diawasi dosen pembimbing yang terbentuk dalam tim. “Artinya, meski saya mengajar di satu kelas, saya bisa memonitor mahasiswa di kelas lain,” kata Damanhuri.
Terdapat kamera yang menyorot penjelasan dosen dan merekam materi yang disampaikan. Apabila ada pertanyaan dari mahasiswa, maka kamera secara otomatis akan menyorot mahasiswa tersebut, meskipun berada di ruangan lain.
Selain itu, mahasiswa bisa bebas mengambil jadwal kuliah. Misalnya, ada jadwal mata kuliah A di ruangan I, maka mahasiswa bisa mendatangi ruangan tersebut. Jika di kelas itu ada dua mata kuliah yang berbarengan, mahasiswa tak perlu berganti ruangan. Mahasiswa bisa mendapatkan materi kuliah dengan mengakses alamat IP dan mengunduhnya.
Menurut operator smart class internasional Fakultas Pertanian Unibraw, Fajar Miftakhol Ula, di setiap kelas tersedia proyektor yang sudah dilengkapi dengan personal computer, perangkat audio video, tiga kamera, screenviewer (semacam papan tulis digital), dan enam mikrofon.
Proyektor digunakan untuk menampilkan materi yang disampaikan oleh dosen. Dosen menjelaskan dengan mikrofon sehingga bisa terdengar oleh mahasiswa, termasuk di ruangan. Materinya direkam, sehingga jika mahasiswa membutuhkannya, tinggal mengunduhnya melalui alamat IP tertentu. Mahasiswa pun bisa mengaksesnya jika berada di luar kelas melalui telepon pintarnya.
Selanjutnya, kamera dipasang untuk memantau dosen yang tengah memberikan materi kuliah dan mahasiswa yang akan mengajukan pertanyaan. Mahasiswa yang mengikuti kuliah tidak selalu berada dalam satu ruangan. “Dengan kamera itu, dosen bisa tahu siapa mahasiswa yang bertanya,” ujar Fajar.
Model smart class tidak lantas membebaskan mahasiswa untuk datang ke kampus seenaknya. Fajar mengatakan, mahasiswa harus tetap hadir di jadwal kuliahnya seperti pada kelas reguler.
Universitas Brawijaya menyiapkan dana yang tidak kecil untuk penyediaan fasilitas smart class. Rektor Unibraw, Nuhfil Hanani mengatakan, pihaknya harus mengeluarkan anggaran sekitar Rp5 miliar per tahun untuk program smart class. “Kalau untuk Fakultas Pertanian, kami keluarkan Rp1 miliar [per tahun],” ucap Nuhfil kepada GATRA.
Dana sebesar itu dialokasikan untuk menjawab dua tantangan: globalisasi dan industri 4.0. Dengan fasilitas smart class, mahasiswa Unibraw bisa melakukan kuliah daring dengan beberapa universitas luar negeri, serta berdiskusi dengan mahasiswa dari kampus-kampus tersebut. “Ke depan, Unibraw tidak bisa mengisolasi sendiri, tetapi harus berkerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri,” kata Nuhfil.
Aries Kelana dan Muhammad Rizky (Surabaya)