Palembang, Gatra. com- Puisi Indonesia Tanah Sajadah, menjadi puisi yang dipilih oleh perwakilan para pemuka agama di Sumsel, Sabtu (31/8). Dalam acara bertajuk Kenduri Sajak yang digelar di alun-alun Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang, para pemuka agama bergantian membacakan puisi karya Kyai Zawawi ini. Begini isi puisinya,
Indonesia Tanah Sajadah
Sebelum kita lahir ke dunia ini
Rahmat Allah telah menjelma air susu di dada ibu
Lalu kita diturunkan
Pada sebidang tanah air
Yang membentang dari Aceh sampai Papua
Itulah Indonesia
Yang gunungnya biru berselendang awan
Ada hamparan padi menguning keemasan
Serta pohon kelapa yang melambai di tepi pantai
Indahnya tanah air kita
Sepotong surga yang diturunkan Allah di bumi
Kita minum air Indonesia menjadi darah kita
Kita makan buah-buahan dan beras Indonesia menjadi daging kita
Kita menghirup udara Indonesia menjadi napas kita
Satu saat nanti kalau kita mati
Kita akan tidur pulas dalam pelukan bumi Indonesia
Daging kita yang hancur
Akan menyatu dengan harumnya bumi Indonesia
Tanah air yang indah
Harus diurus dengan hati yang indah
Hati yang taqarrub kepada Allah
Kalau Indonesia ingin tetap indah
Harus diurus dengan akhlak yang indah
Tanah air adalah ibunda kita
Siapa mencintainya
Harus menanaminya dengan benih-benih kebaikan dan kemajuan
Agar Indah yang indah semakin damai dan indah
Tanah air adalah sajadah
Siapa mencintainya
Jangan mencipratinya dengan darah
Jangan mengisinya dengan fitnah, maksiat, dan permusuhan
Para tokoh itupun menyampaikan pesan damai agar masyarakat Indonesia, terutama di Sumsel tidak terprovokasi apalagi hanya karena perbedaan agama dan kenyakinan. Selain tokoh agama, Kenduri Sajak Mengindahkan Persatuan Indonesia itupun dihadiri oleh Gubernur Sumsel, Kapolda, perwakilan Pangdam II/Sriwijaya, unsur muspida dan masyarakat seni dan budaya.
Unsur Tokoh Perwakilan Agama Islam, Man Al Abdullah menyambut baik, Keduri Sajak yang digelar di kawasan yang menjadi lokasi berkumpulnya masyarakat Palembang. Menurutnya, ajakan menjaga perdamaian, dan kesatuan memang harus diserukan kepada masyarakat dewasa ini. Berbagai persoalan yang hanya diciptakan akibat perbedaan agama, akan menyebabkan persatuan dan kesatuan bangsa menjadi terkoyak, padahal Indonesia sedang giat membangun, terutama sumber daya manusia.
“Kita semua menginginkan Indonesia damai, tanpa adanya gesekan karena perbendaan agama, suku, dan ras. Tidak boleh satu menghina lainnya, karena semua sama,” ujarnya.
Ajakan menjaga kondisi daerah yang kondusif dan damai juga disampaikan Gubernur Sumsel, Herman Deru. Pada kesempatan itu, Herman Deru membacakan puisi berjudul Nusantara Rumah Kita, dari penulis bernama pena Amanda Maida Lamhati. Puisi tersebut karya Kepala Sekolah (Kepsek) SMA Negeri 10 Palembang yang bernama Fir Azhar. “Saya mengapresiasikan kegiatan malam ini, guna merajut kebersamaan tanpa kekerasan namun dengan seni puisi,” ujarnya dalam sambutan.
Dalam kegiatan itu pun tampil seniman yang membawakan puisi dengan langgam budaya panjang yang merupakan seni budaya asli Sumsel.