Jakarta, Gatra.com - Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara, mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan tim untuk menginvestigasi dan mengumpulkan data mengenai korban jiwa dari masyarakat sipil di Papua.
"Kami langsung menerjunkan tim yang terkait dengan kejadian di Papua dan sampai saat ini kami masih memverifikasi data terkait jumlah korban maupun kronologinya," ujar Beka dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (31/8).
Menurut Bekas, bahwa yang terjadi di Papua saat ini adalah akumulasi dari berbagai persoalan, dari berbagai perspektif, dan dari berbagai hal yang dirasakan oleh teman-teman sebagai ketidakadilan.
"Kami memastikan betul bahwa kejadian di Surabaya itu harus dikelola dengan baik karena peristiwa itu yang kemudian memicu respons besar-besaran di Papua," katanya.
Beka menambahkan, peristiwa di Papua harus bisa dibaca dalam pengertian yang lebih luas sehingga bisa menjawab persoalan ini menjadi lebih komprehensif. "Saya kira patut untuk dijadikan pijakan bersama bagaimana menjawab persoalan di Papua," ujarnya.
Seperti diketahui sbelumnya, 43 mahasiswa Papua di Surabaya diangkut paksa oleh aparat dan organisasi masyarakat (ormas) pada Sabtu lalu (17/8). Adapun alasan pengangkutan itu diduga untuk pemeriksaan pengerusakan bendera Merah Putih.
Namun saat pengangkutan paksa, aparat dengan ormas disebut menggerebek pintu asrama mahasiswa dan menyemprotkan gas air mata. Beberapa orang itu juga melontarkan kata-kata rasis yang merujuk pada penghinaan fisik mahasiswa Papua tersebut.
Buntut penggerebekan itu, pecahnya aksi tolak rasisme di sejumlah titik di Papua dari Senin (19/8) hingga saat ini. Selain menolak rasisme, aksi massa juga menuntut referendum.