Lima, Gatra.com - Sejumlah arkeolog telah menemukan sisa-sisa kerangka dari 227 anak yang tampaknya dibunuh dan dikubur ratusan tahun yang lalu dalam sebuah pengorbanan ritual besar-besaran di gurun pesisir utara Lima, Peru. Temuan ini diakui merupakan pemakaman anak terbesar di Bumi.
"Di mana pun kita menggali, pasti ada satu lagi kerangka yang ditemukan," ucap kepala arkeolog penggalian ini, Feren Castillo dalam lansiran Live Science.
Mayat anak-anak itu, kemungkinan terkubur dari 600 hingga 800 tahun yang lalu. Mereka ditemukan menghadap ke laut di kota modern Huanchaco, Peru, yang dulunya merupakan pelabuhan yang disukai oleh budaya Chimú pra-Kolombia, sebuah masyarakat yang muncul di sekitar tahun 900 masehi dan tinggal di sepanjang pantai utara Peru sampai mereka ditaklukkan oleh Kekaisaran Inca sekitar tahun 1475.
Menurut Castillo, situs ini memiliki kemiripan pada kuburan massal terdekat di mana kelompok besar anak-anak tampak berbaris ke arah pantai, kemudian ditusuk di dada satu per satu dan dikebumikan di sebuah kuburan massal.
Menurut arkeolog, anak-anak di Huanchaco masing-masing berusia antara 4 dan 14 tahun ketika mereka meninggal dan beberapa tubuh masih memiliki sisa kulit dan rambut.
Castillo mengatakan bahwa mengingat lokasi situs dan bukti bahwa mayat-mayat itu dikubur selama cuaca hujan, kemungkinan anak-anak itu dibunuh sebagai persembahan kepada para dewa yang dianggap dapat mengendalikan fenomena El Niño, siklus iklim setengah tahunan yang dapat mengakibatkan badai dan topan besar di kawasan Amerika Selatan.
Pengorbanan yang termotivasi oleh cuaca yang serupa mungkin terjadi di situs Chimú, pemakaman massal yang juga berada dekat dengan Kota Huanchaquito yang ditemukan 140 jasad 140 anak-anak pada tahun 2018.
Anak-anak ini yang ditemukan di Chimú juga diperkirakan berusia 5 hingga 14 tahun, mereka ditemukan dengan potongan dada mereka terbuka, dan dalam beberapa kasus, hati mereka telah dihilangkan. Para peneliti menemukan sisa-sisa bangkai 200 llama yang disembelih di dekat situs itu. Pada saat itu, situs Chimú dianggap sebagai situs pemakaman massal anak terbesar di dunia.