Jakarta, Gatra.com - Draft laporan setebal 900 halaman hasil Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB memprediksi jutaan orang akan mengungsi akibat naiknya lautan akibat wilayahnya tenggelam kalau emisi gas rumah kaca tidak dikurangi. CEO Climate Central, Ben Strauss, menyebutkan, akan ada 50 sampai 100 juta orang terlantar pada tahun 2100.
"Ketika Anda mempertimbangkan ketidakstabilan politik yang telah dipicu oleh tingkat migrasi yang relatif kecil hari ini, saya ngeri memikirkan dunia masa depan ketika puluhan juta orang bergerak karena lautan menenggelamkan tanah mereka, itu merupakan gangguan besar dan akan banyak menyebabkan kesengsaraan manusia," katan Ben kepada AFP.
Dilansir dari Aljazeera, Jumat (30/8), laporan tersebut yang secara resmi akan dirilis pada 25 September, menyimpulkan bahwa umat manusia harus merombak cara produksi dan konsumsi hampir di segala sektor untuk menghindari kerusakan terburuk akibat perubahan iklim dan degradasi lingkungan.
Baca juga: Pemanasan Global Pernah Menimpa Bumi Ribuan Tahun Lalu
Menurut laporan itu, gletser yang mencair pertama-tama akan menyebabkan banjir meluas dan membawa kekeringan kepada miliaran orang yang bergantung pada air tawar.
Tanpa memotong emisi buatan manusia, setidaknya 30% dari permafrost permukaan belahan bumi utara dapat mencair pada akhir abad ke-21. Dan melepaskan miliaran ton karbon dan mempercepat pemanasan global.
IPCC mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa draft laporan tidak dimaksudkan untuk konsumsi publik dan bahwa draft itu sedang dalam proses. "Teks dapat berubah antara konsep dan versi final setelah IPCC mempertimbangkan setiap baris dengan cermat," katanya.
Pada bulan September, negara-negara akan bertemu di Monako untuk menggali ringkasan resmi laporan baru ini. Sementara sains yang mendasarinya, yang diambil dari ribuan studi yang ditinjau oleh para pakar, tidak dapat dimodifikasi, para diplomat dengan ilmuwan di pihak mereka akan bergumul tentang bagaimana membingkai temuan itu, dan apa yang harus ditinggalkan atau dicantumkan.
Tiga laporan sebelumnya yang dirilis mulai tahun 2018, berfokus pada pembatasan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius, keadaan keanekaragaman hayati, dan bagaimana mengelola hutan dan sistem pangan global.
Baca juga: Pembangkit Listrik Energi Fosil Sebabkan Pemanasan Global
Rancangan laporan menyimpulkan, meski dengan skenario pengurangan emisi yang paling optimis, pada tahun 2050, banyak kota-kota kecil dan negara pulau kecil akan mengalami peningkatan permukaan laut yang ekstrem setiap tahunnya.
Pada tahun 2100, kerusakan akibat banjir tahunan diperkirakan akan meningkat dua hingga tiga kali lipat atau 100 hingga 1.000 kali lipat. Bahkan, jika dunia berhasil membatasi pemanasan global pada 2 derajat Celcius, garis air laut global akan naik dan cukup untuk menggusur lebih dari seperempat miliar orang.
Diketahu, dua lapisan es bumi yang berada di atas Greenland dan Antartika, telah kehilangan sekitar 400 miliar ton massa setiap tahun dalam dekade hingga 2015 dan menjadi pendorong utama kenaikan permukaan laut.