Pekanbaru, Gatra.com - Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Riau, Masnur, menampik adanya faksi - faksi di internal Partai Golkar Riau jelang bergulirnya Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar Desember mendatang.
Sebelumnya soliditas Partai Golkar Riau mendapat sorotan. Hal ini imbas dari perbedaan dukungan antara DPD I Partai Golkar dengan sejumlah pimpinan DPD II Partai Golkar di Riau. Menurut Masnur, sebagai partai yang mengusung demokrasi, Partai Golkar tidak terlepas dari dinamika internal.
"Tidak seperti partai lain, di Partai Golkar ada demokrasi. Masing - masing punya tim, siapa pun berpeluang untuk masuk (merangkul suara), tergantung pendekatanya. Jadi tidak retak, Golkar itu milik bersama," katanya kepada Gatra.com, Jum'at (30/8).
Hingga kini Bambang Soesatyo dan Airlangga Hartanto menjadi dua figur kuat yang akan ikut berlomba menjadi ketua umum Partai Golkar. Airlangga sendiri telah membentuk rumah pemenangan yang berlokasi di jalan Purworejo No. 7 Menteng Jakarta Pusat. Sementara Bambang Soesatyo atau Bamsoet saat ini sedang mendorong DPP Partai Golkar untuk segera melakukan rapat pleno.
Karakter Partai Golkar kata Masnur bersifat terbuka, memungkinkan setiap pasangan calon mencoba mencari dukungan ke daerah. Meski begitu, dalam upaya mencari dukungan suara, dia menampik adanya pendekatan transaksional dari masing - masing calon.
"Golkar ini kan sifat partainya tebuka, bukan tertutup, kita tidak otoriter. Cuma kan ada yang namanya etika partai. Setahu saya juga tidak ada succes fee dalam proses itu," ujarnya.
Ketua DPD I Partai Golkar Riau, Arsyadjuliandi Rahman sudah menyatakan kalau pihaknya solid mendukung Airlangga untuk kembali memimpin Partai Golkar. Hanya saja, dukungan yang disuguhkan sejumlah pimpinan DPD II Partai Golkar ke Bambang Soesatyo membuat suara itu tidak bulat.
Bagi Golkar Riau, dinamika jelang Munas partai telah membuat suhu politik di internal kembali memanas. Sebelumnya, faksi - faksi internal di Golkar Riau juga mengemuka saat berlangsungya pemilihan Gubenur Riau tahun 2018. Waktu itu kekalahan yang mendera Andi Rahman tak lepas dari adanya kader Golkar yang memihak Syamsuar.