Washington D.C., Gatra.com - Sebuah studi besar tentang genom manusia yang dilakukan pada hampir setengah juta orang menyimpulkan bahwa tidak ada gen individu yang membuat seseorang menjadi gay, lesbian, atau biseksual. Diperkirakan orientasi seksual dipengaruhi oleh interaksi ribuan gen.
Dalam studi genetik terbesar tentang orientasi seksual ini, para ilmuwan mempelajari kelompok sampel yang terdiri dari sekitar 470.000 sukarelawan di Inggris dan Amerika Serikat. Orang-orang yang memastikan bahwa mereka pernah melakukan perilaku seksual sesama jenis.
"Untuk memberi gambaran komprehensif tentang skala data yang besar ini, kira-kira perbandingannaya 100 kali lipat lebih besar daripada penelitian sebelumnya tentang topik orientasi seksual sesama jenis," kata ketua penulis studi tersebut, Andrea Ganna yang juga seorang peneliti di Institute for Molecular Medicine di Finlandia, Rumah Sakit Umum Massachusetts, dan Harvard Medical School, kepada Live Science.
Para peneliti tidak dapat menemukan satu gen pun yang terkait dengan perilaku seksual sesama jenis. Lima varian genetik memang tampak terkait secara signifikan dengan orientasi seksual, dan ribuan lainnya juga tampaknya terlibat pada tingkat yang lebih rendah. Pada akhirnya, para ilmuwan tidak dapat menemukan pola genetik yang dapat digunakan, dengan cara apa pun, untuk mengidentifikasi orientasi seksual seseorang.
Sebaliknya, kecenderungan untuk perilaku seksual sesama jenis kemungkinan muncul dipengaruhi oleh campuran kompleks pengaruh genetik dan lingkungan. Itu juga terjadi pada banyak sifat manusia lainnya, seperti tinggi badan.
"Kami berkesimpulan bahwa tidak mungkin untuk memprediksi perilaku seksual seseorang jika berasal dari genomnya saja," kata rekan penulis studi itu, Ben Neale yang seorang ahli genetika statistik di Broad Institute of MIT dan Harvard.
Namun, temuan ini tidak berarti bahwa orientasi seksual bukanlah bawaan genetik atau biologis, dan karenanya merupakan pilihan gaya hidup, tidak seperti itu. Salah satu rekan studi lainnya, seorang ahli genetika di University of Queensland di Australia, Brendan Zietsch membantah dengan mengatakan bahwa ada banyak gen yang mempengaruhi perilaku seksual sesama jenis. Masing-masing dari mereka secara individual memiliki efek yang sangat kecil, tetapi bersama-sama mereka memiliki efek yang substansial.
"Dua orang yang kembar genetik, sering memiliki orientasi seksual yang berbeda. Kami tahu ada pengaruh non-genetik juga, tetapi kami belum memahami ini dengan baik. Penelitian kami tidak mengatakan apapun tentang orientasi seksual kembar genetik," katanya.
Para peneliti menambahkan bahwa gen mungkin memainkan peran yang berbeda dalam perilaku sesama jenis pada pria dibandingkan wanita karena faktor biologis, seperti kadar testosteron dan estrogen. Selain itu, tambah Ganna, gen tampaknya memiliki pengaruh yang lebih besar pada perilaku seksual sesama jenis pada pria dibandingkan pada wanita.
Meskipun ukuran sampel studi ini sudah besar, temuan ini masih terbatas karena para peneliti hanya menganalisis populasi dengan keturunan Eropa dari negara-negara Barat yang berpenghasilan tinggi. Data tersebut juga datang terutama dari individu yang lebih tua, yang sebagian besar hidup di bawah norma sosial dan peraturan perundang-undangan yang lebih ketat daripada sekarang.