Jakarta, Gatra.com - Konsultan keamanan siber, ITSEC Asia mengungkapkan pada 2018 terdapat 3 miliar lebih serangan siber di dunia, tidak hanya kepada negara, tetapi juga pada perusahaan dan individu. Ini yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri dari serangan siber.
"Yang pertama dilakukan adalah mencari celah risiko yang sekiranya diincar, kemudian merumuskan manajemen prosedur pengamanannya. Bisa juga dengan beberapa hal lain," kata CEO Stonetree group, perusahaan induk ITSEC Asia, Patrick Dannacher saat mengisi konferensi pers di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta Pusat, Kamis (29/8).
Hal yang yang bisa dilakukan, kata Patrick, adalah dengan lebih mewaspadai koneksi alat elektronik yang dipakai, menggunakan aplikasi pengguna, menggunakan alat yang tidak memiliki akses media seperti port usb, meminimalisir akses akun digital, serta terus memantau aksesibilitas alat elektronik mobilitas, seperti laptop.
"Serangan siber bisa dilakukan oleh siapa saja dan melalui motivasi apa pun. Studi mengenai serangan siber global bahkan menunjukkan bahwa 20% aksi retasan dilakukan oleh pengguna yang memiliki sentimen marah ke targetnya, seperti karyawan dengan bos," kata Patrick.
Patrick juga menyebutkan, uji coba penetrasi juga perlu dilakukan untuk perusahaan-perusahaan. Penetrasi ini perlu demi mencari tahu celah-celah mana saja kira-kira yang bisa dimanfaatkan kemudian tutupi celah itu dengan koding melalui tim IT atau konsultan komputer.
Direktur ITSEC Asia, Marek Bialoglowy saat ditemui di acara yang sama menyebutkan bahwa ke depannya serangan siber bisa lebih berbahaya dari serangan nuklir, karena dalam dunia siber manipulasi suatu data tidak hanya menimbulkan kerusakan, tetapi juga bisa memprovokasi dan membuat orang tewas karenanya.