Palembang, Gatra.com – Kondisi bayi kembar siam, Alisha Zahra makin membaik. Dalam proses perawatannya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Muhammad Husein Palembang, Alisha yang baru memasuki usia 17 hari mulai memperlihatkan tanda-tanda lebih stabil.
Dikatakan Ketua Tim Dokter Penanganan Kembar Siam RSUP Muhammad Husein Palembang, Ria Nova, SpA, kondisi bayi kembar siam memperlihatkan tanda lebih stabil, misalnya bayi makin sering membuka mata, sudah bisa bernafas lebih stabil, dan sudah bisa minum air susu ibu (ASI). Meski demikian, bayi masih mendapatkan perawatan intesif dengan menggunakan peralatan medis,
“Bayi, Alhamdulilah, makin membaik dan lebih stabil setelah operasi. Sudah minum air susu meski menggunakan alat, dan sudah bernafas lebih stabil meski juga dibantu alat. Bayi sudah buang air kecil dan memiliki tekanan darah normal,” ujarnya, Kamis (29/8).
Dalam satu pekan ini, bayi masih dikatakan dalam katagori fase kritisnya, mengingat luka operasi yang masih harus dipantau dengan menggunakan peralatan medis. Luka-luka akibat operasi terutama di bagian organ penting menjadi pemantauan utama tim dokter, “Tahap kritisnya dibagi perpekan, pekan pertama, pekan kedua, dan pekan selanjuta. Itu yang terus dipantau dan apakah memperlihatkan kestabilan atau butuh penanganan medis lainnya,” terangnya.
Untuk bayi kembar siam di Palembang ini masuk dalam katagori bayi kembar Mixed Thoracoabdomino Pygopagus, atau dikenal dengan pelengkatan pada bagian organ pada rongga dada, perut dan pinggul.
Pada bayi kembar siam anak pasangan Afit, 30 tahun dan Orin Safitri, 26 tahun, salah satunya tidak memiliki saluran tenggorokan (napas) dengan tidak terbentuk paru-paru, sehingga bayi tidak bisa bernapas sendiri. Sedangkan bayi lainnya, memiliki saluran napas yang normal. Bayi yang tidak mempunyai saluran napas dan paru-paru tersebut selama ini mendapat oksigen dari bayi yang sehat.
“Keadaan ini menyebabkan beban bayi yang normal untuk menghidupi dirinya sendiri dan saudara kembarnya. Disamping itu rongga dada bayi parasit terisi hati dan usus dari bayi yang sehat. Kondisi ini menjadi dilema. Bila dibiarkan terus maka kondisi kedua bayi tersebut akan makin memburuk sehingga bisa menyebabkan keduanya meninggal,” terangnya.
baca juga : https://www.gatra.com/detail/news/440990/health/biaya-pengobatan-bayi-kembar-siam-di-rsmh-rp-950-juta-
Disamping itu, pada bayi parasit juga dijumpai kelainan bawaan lahir lain yang memperberat kondisi bayi. Kelainan bawaan lain yang menyertai bayi parasit ialah terdapat celah lebar pada bibir dan langit-langit mulut, kelainan jantung bawaan yang berat serta ukuran kepala yang kecil. “Pada kasus ini tidak mungkin untuk menyelamatkan keduanya atau mengorbankan keduanya, jadi harus memilih menyelamatkan salah satu,” ujarnya.
Tim dokter RSMH memutuskan untuk menyelamatkan bayi yang lebih sehat dengan melakukan operasi pemisahan pada Selasa (27/8) selama tujuh jam.