Palembang, Gatra.com – Operasi pemisahan bayi kembar siam di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Muhammad Husein Palembang telah berhasil dilaksanakan. Pihak rumah sakit memperkirakan biaya pengobatan atas bayi kembar siam parasit, Aisyahja Zara (alm) dan Alisha Zahra mencapai Rp950 juta.
Karena itu, pihak rumah sakit berkordinasi dengan BPJS Kesehatan kota Palembang. Direktur RSUP Muhammad Husein Palembang, Muhammad Syahril mengatakan, berdasarkan pengalaman operasi-operasi sebelumnya pada pasien anak kembar siam, pengobatan medis membutuhkan waktu yang panjang, terutama pemulihan setelah operasi. Pada pasien bayi Rahma-Rahmi terdahulu, waktu yang diperlukan untuk pengobatan mencapai satu tahun lebih.
“Sehingga bayi kembar siam ini membutuhkan dukungan dan suport dari banyak pihak. Pihak Rumah Sakit juga sudah berkordinasi mengenai hal ini. Jika membandingkan dengan sebelumnya, perkiraan biaya mencapai Rp950 juta,” ujarnya saat konfrensi pers bersama awak media usai kunjungan Gubernur Sumsel, Herman Deru di RSUP Muhammad Husein Palembang, Kamis (29/8).
baca juga : https://www.gatra.com/detail/news/440683/health/bayi-kembar-siam-masih-kritis-1-meninggal-dunia
Dukungan banyak pihak diperlukan guna pembiayaan bayi kembar juga disebabkan karena kondisi ekonomi orang tuanya yang berprofesi sebagai tenaga honorer di sebuah sekolah. Diketahui, kedua orang tua bayi kembar itu sudah menjadi peserta JKN Kis mandiri kelas 2.
Kepala BPJS Kota Palembang, Ichwansyah Gani menjelaskan pembiayaan atas pasien bayi kembar siam warga Ogan Komering Ilir (OKI) ditanggung oleh pemerintah namun dengan menerapkan sistem pembayaran tersistem atau dikenal dengan standar pembiayaan berdasarkan Peraturan Menteri (Permenkes) nomor 64 tahun 2016 mengenai standar pembiayaan peserta JKN KIS.
“Sehingga BPJS akan menanggung dengan sistem paket. Kemungkinan terdapat biaya yang tidak atau belum ditanggung dalam sistem paket tersebut. Karena itu, butuh dukungan pihak lainnya guna meringankan biayanya,”ujarnya.
Berdasarkan pengalaman di rumah sakit lainnya seperti di Surabaya dan Bali, pasien dengan operasi kembar siam juga mendapatkan dukungan dari pihak lainnya, seperti pemerintah daerah dan unsur lainnya.
“Jika tidak salah, di Surabaya itu dibantu oleh Forum CSR perusahaan,” ucapnya.
Meski demikian, BPJS Kesehatan Palembang menyatakan belum mendapatkan rincian biaya pengobatan dari pasien tersebut. Dikatakan Ichwansyah, pihaknya akan membayar klaim sesuai dengan rincian yang disampaikan pihak rumah sakit dengan berdasarkan tindakan medis yang dilakukan pada pasien termasuk biaya jasa tenaga medis yang membantu proses operasi kembar siam dari RS. Dokter Soetomo, Surabaya. “Seluruh biaya, rumah sakit yang rincikan, tapi akan dibayar berdasarkan sistem standar biaya yang telah ditetapkan tadi,” terangnya.
Usai mengunjungi bayi kembar siam, Gubernur Sumsel, Herman Deru menyatakan apresiasinya kepada pihak rumah sakit yang telah berhasil melaksanakan operasi pemisahan bayi kembar siam parasit dengan melibatkan tim dokter mencapai 30 orang, termasuk yang berasal dari rumah sakit yang berbeda. Dengan demikian, operasi ini membuktikan jika rumah sakit di Sumsel juga mampu melayani pengobatan pasien dengan kondisi kembar siam ini. Untuk tambahan biaya atas pengobatan bayi, pemerintah daerah akan menggunakan dana Baznas. “Ya, nanti kita kordinasikan pada Baznas untuk bantuan lainnya,” ujar Deru.
Sementara sang ayah bayi, Apit, 30 tahun mengungkapkan keharuannya atas perhatian kepada bayi kembar siamnya. Menurutnya, dukungan dan perhatian dari masyarakat akan sangat membantu biaya bagi bayinya,”Saya berterimakasih, jika makin banyak pihak membantu. Terimakasih juga kepada pak Gubernur yang sudah membesuk. Saya, tidak masalah jika ada pihak lainnya yang juga ingin membantu saya dan bayi saya,” ujarnya.