Jakarta, Gatra.com - Anggota sebuah gengster membakar bar dan menewaskan 26 orang, di kawasan pelabuhan di selatan Meksiko Coatzacoalcos, Veracruz.
Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, dalam jumpa pers yang dilansir Reuters, Kamis (29/8), mengemukakan bahwa para korban terjebak di dalam bar di Coatzacoalcos. Pintu bar itu dikunci oleh para tersangka yang kemudian membakar bar tersebut.
Tindakan brutal tersebut merupakan salah satu pembunuhan massal yang paling mencoreng pemerintahan Lopez Obrador. Sejak berkuasa Desember lalu, ia berjanji untuk memerangi korupsi dan ketidaksetaraan.
Namun, jumlah pembunuhan justru terus meningkat setelah mencapai titik tertingginya pada tahun 2018 silam. "Korban tewas termasuk 10 orang wanita dan 16 orang pria di bar Caballo Blanco, dan 11 korban lainnya dilarikan ke rumah sakit terdekat, kata perwakilan kantor kejaksaan agung negara bagian Veracruz.
Di sebuah postingan Twitter, Gubernur Negara Bagian Veracruz, Cuitlahuac Garcia, menyatakan bahwa serangan pembunuhan massal itu merupakan buntut dari perselisihan antargeng lokal.
Laporan di beberapa surat kabar asal Meksiko menyebutkan, para anggota gengster membawa senjata api dan melepaskan serentetan tembakan ke arah bar sebelum akhirnya membakar tempat itu dengan bom melotov.
Serangan serupa terjadi pada April silam, yaitu di sebuah bar di Veracruz, kota Minatitlan. Dalam serangan tersebut, 13 orang tewas..
Sebagai tempat transit utama dalam jalur perdagangan narkotika yang bergerak ke utara dan berbatasan langsung dengan perbatasan Amerika Serikat (AS), Veracruz telah lama diguncang peperangan antarkartel narkoba.
Presiden Lopez Obrador menyalahkan pemerintahan sebelumnya yang menerapkan kebijakan-kebijakan silam yang justru meletakkan dasar bagi kejahatan. "Ini adalah buah busuk dari kebijakan ekonomi yang diberlakukan," katanya.
Penyelidikan awal, kata Presiden, mengindikasikan bahwa serangan-serangan dilakukan para tahanan yang dibebaskan oleh jaksa agung negara bagian, yang ditunjuk langsung oleh pemerintahan sebelumnya.
Atas tuduhan tersebut, Kantor Jaksa Agung mengatakan bahwa tragedi ini jangan sampai digunakan untuk mengubah fakta dan membingungkan opini publik. Di Meksiko, peristiwa brutal serupa terjadi pada 2011. Saat itu para anggota geng membakar sebuah kasino di kota Monterrey yang menewaskan 50-an orang.