Jakarta, Gatra.com - PT Johnson & Johnson (JnJ) Indonesia resmi memperkenalkan teknologi benang bedah terbarunya di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi resiko terjadinya luka operasi atau surgical site infection (SSI).
"Ini teknologi terkini dalam bidang kesehatan. Sebetulnya sudah kami perkenalkan semenjak 2017 lalu. Tapi belum banyak tenaga kesehatan di Indonesia yang mengenal teknologi ini," kata Country Leader of Communications & Public Affairs PT Johnson & Johnson Indonesia, Devy Yheanne saat ditemui di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (28/8).
Lebih lanjut, Devy menuturkam, dengan adanya teknologi benang bedah baru ini, pihaknya berharapm tenaga medis Indonesia dapat lebih peduli dengan area tubuh yang mendapatkan pembedahan.
Ia berharap, nantinya, tidak akan timbul infeksi baik pada jaringan tubuh maupun organ tubuh yang mendapatkan operasi.
Pendiri dan mantan Presiden Surgical Infection Society Eropa, Prof. David John Leaper mengatakan, SSI adalah infeksi daerah operasi (IDO) yang disebabkan oleh bakteri yang masuk saat dilakukannya proses operasi. Infeksi pada IDO pun dapat terlihat dalam jangka waktu yang bervariasi. Namun biasanya infeksi itu akan terlihat 30 hari pascaoperasi.
"Infeksi muncul dalam waktu yang bervariasi. Tapi memang biasanya tidak langsung setelah operasi akan terlihat. Biasanya akan muncul paling tidak 30 hari setelah operasi," ujar Leaper.
Hingga saat ini, SSI merupakan salah satu momok di dunia kesehatan, baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut Leaper, pasien yang terkena infeksi karena operasi biasanya diharuskan untuk menjalani operasi ulang. Atau jika infeksi itu sudah terlalu parah, dapat mengakibatkan kematian pada pasien.