Bulukumba, Gatra.com - Salah satu pekerja perakitan perahu pinisi, Jamaludin (50) asal Desa Ara Kecamatan Bontotiro mengatakan, tidak ada waktu yang pasti untuk menyelesaikan satu kapal. Ia menyampaikan, harga satu kapal tergantung dari ukuran kapal yang dibuat.
"Umumnya, satu kapal bisa diselesaikan dalam waktu dua tahun. Tapi dua tahun itu, baru selesai kerangka kapalnya dimana belum ada interior di dalamnya karena biasanya ada pihak lain yang selesaikan urusan interior," ujarnya saat ditemui di Tanah Beru, Sulawesi Selatan, Rabu (28/8).
Lanjutnya, hambatan yang biasa dialami dalam pembuatan kapal seperti kurangnya kayu yang tersedia ataupun harga kayu yang sedang mengalami kenaikan. Untuk jenis kayunya, Jamaludin mengatakan, kayu yang digunakan adalah kayu besi dan jati. Kayu besi digunakan untuk atap kapal, sedangkan kayu jati sebagai dasar atau lantai kapal.
"Untuk satu kapal, yang mengerjakan biasanya berkisar 10-20 orang. Sementara harganya, saya kurang mengetahuinya karena cuman pekerja saja tapi kebetulan sekali, hari ini bos saya tidak hadir seharian. Saat ini, saya sedang mengerjakan kapal pesiar tapi tidak mengetahui pesanannya dari negara mana dan ini sudah berjalan selama lebih dari satu tahun, " katanya.
Terkait dengan sistem kerja, Jamaludin mengatakan, dalam seminggu, karyawan dapat bekerja dalam lima atau setiap hari. Tergantung pesanan yang masuk dan ukuran kapal yang dibuat.
Saat ditanya mengenai persoalan gaji, biasanya karyawan dibayar antara kisaran Rp200.000 per harinya tetapi untuk sistem pembayarannya. Disesuaikan dengan keinginan karyawan, artinya setiap pekerja bebas meminta bayarannya ketika mereka membutuhkan uang.
Sebagai informasi, kata pinisi diambil dari bahasa Inggris yakni Finish dimana awal pembuatan Perahu Pinisi dibuat di Desa Ara. Kemudian dikembangkan di wilayah Tanah Beru Kecamatan Bontobahari, atau lebih lazim disebut bila pembuat Perahu Pinisi adalah orang Ara dan dibuat di Tanah Beru.