Jakarta, Gatra.com- Pernyataan pendiri perusahaan transportasi Big Blue Taxi asal Malaysia, Shamsubahrin Ismail kini menjadi pembicaraan hangat di masyarakat. Pernyataan tersebut sebagai sikap penolakan kehadiran Go-Jek di Malaysia.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Republik Indonesia, Rudiantara, mengibaratkan hal tersebut seperti transportasi online lainnya, yaitu Grab yang bisa masuk yang bisa masuk ke Malaysia.
"Masa iya, Indonesia gak boleh masuk ke Malaysia," ujarnya dalam acara "UOB: Economic Outlook 2020: Unleashing the Most Powerful Growth Engine: the Consuming Class", di Jakarta, Rabu (28/8).
Selain itu, ia menambahkan, negara yang tergabung dalam ASEAN, memiliki hak satu market yaitu di ASEAN. Karena, kata Rudiansyah, seharusnya persaingan itu berjalan sehat dan tidak menutupi peluang satu dengan yang lain.
Ia juga menanggapi, pernyataan Shamsubahrin yang menilai Go-Jek hanya untuk kalangan dan negara miskin, seperti Indonesia. "Tanya aja sama masyarakat Indonesia, miskin atau nggak?, " tutur Rudiansyah.
Sebagai informasi, pernyataan Shamsubahrin di dalam sebuah video ramai disebarkan di media sosial. Pernyatannya dinilai merendahkan Indonesia, bahkan anak muda yang menggeluti pekerjaan sebagai supir Go-Jek. Oleh karena itu, tak heran, mendapatkan respon dari masyarakat Indonesia.
"Gue merasa tersinggung karena secara terang-terangan menyatakan bahwa anak muda di Indonesia itu hanya bisa menjadi tukang ojek. Terus, adanya Gojek bukan masalah kemiskinan tetapi transportasi," ujar penduduk Jakarta, Subakti saat diwawancarai oleh Gatra.com.
Penduduk lainnya, Ali Lingga juga mengutarakan hal serupa. Karena, menurutnya, hal ini berkaitan dengan mudahnya mengakses transportasi.
"Menurut gue, kehadiran transportasi baru itu tujuannya mempermudah akses, agar masyarakat bisa lebih fleksibel. Jadi, bukan masalah miskin atau enggak nya," katanya.