Purwokerto, Gatra.com – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, Jawa Tengah menggandeng 27 pesantren di Purwokerto dan sekitarnya untuk menangkal radikalisme. Pesantren akan memperkuat berbagai aspek keagamaan, mulai dari baca tulis Arab, baca Al Quran, hingga pandangan-pandangan yang inklusif.
Rektor IAIN Purwokerto, Muhammad Roqib mengatakan IAIN memiliki program wajib pesantren untuk mahasiswa yang pengetahuan agamanya rendah, terutama dalam aspek baca-tulis Arabnya. Mereka akan tinggal di pesantren selama satu tahun untuk memperdalam baca tulis tersebut.
“Kalau bagus bacaannya nanti literasinya akan semakin baik,” katanya, dihubungi gatra.com di Purwokerto, Rabu (28/8).
Dia menyatakan, di pesantren para mahasiswa juga akan belajar keilmuan dengan dasar-dasar yang kuat. Dengan begitu, sanad atau jalur keilmuannya bisa dipertanggungjawabkan.
Pasalnya, kata dia, saat ini muncul gejala kelompok Islam Eksklusif, yang populer disebut Islam tanpa masjid. Kelompok ini kebanyakan belajar tanpa tahapan-tahapan yang lazim. Salah satunya, dengan menyerap ilmu keagamaan dari internet.
“Internet, media sosial. Itu salah satu sumber yang digunakan. Jadi secara keilmuan sulit dipertanggungjawabkan, apalagi sampai sanadnya ke Rosulullah,” ungkapnya.
Menurutnya, pandangan agama yang eksklusif itu berpengaruh besar terhadap pandangan keagamaan dan perilaku sosial seseorang. Imbasnya, radikalisme bisa muncul dari sikap eksklusif tersebut.
Menurut dia, penggunaan dunia maya sebagai sumber keilmuan yang tanpa batas sekat, waktu dan bersifat flkesibel itu membuat banyak kalangan terpelajar muda, yang mengandalkan internet untuk belajar agama. Namun, terkadang pandangan-pandangan agama yang diperolehnya di internet adalah paham yang cenderung eksklusif atau bahkan radikal.
Selain menggandeng pesantren, IAIN Purwokerto juga menanamkan agar mahasiswa bersifat inklusif atau terbuka. Salah satunya yakni dengan menekankan agar mahasiswa IAIN bersikap toleran (tasamuh) demi menjaga NKRI.
“Kemarin kita deklarasi untuk tasamuh dalam bingkai NKRI,” ujarnya.