
Jakarta, Gatra.com - Perang dagang Amerika Serikat (AS) - Tiongkok kian memanas. Hal itu memperburuk pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia. Bank Indonesia (BI) sebagai regulator pun menyiapkan berbagai instrumen kebijakan untuk memitigasi hal tersebut.
“BI lebih ke monetary policy, artinya bagaimana kita bisa melonggarkan moneter,” ujar Deputi Gubernur Senior, Destry Damayanti dalam acara UOB: Economic Outlook 2020: Unleashing the Most Powerful Growth Engine: the Consuming Class, di Jakarta, Rabu (28/8).
Destry mengemukakan, untuk tahun ini, BI melakukan tiga kali pelonggaran moneter, antara penurunan giro wajib minimum (GWM) dan BI 7 Day Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan. Tujuannya, untuk memberikan ruang bagi perbankan agar bisa menyalurkan kredit, baik dari sisi penyaluran maupun permintaan.
“Intinya, dengan likuiditas yang baik, maka bisa bermakna untuk menekan suku bunga kredit. Serta, demand side, bisa merasakan penurunan suku bunga kredit yang berjenjang,” katanya.
Untuk informasi, BI telah menurunkan GWM pada Juni 2019 sebesar 50 basis point, serta dua kali penurunan suku bunga pada Juni dan Agustus 2018, yang masing-masing sebesar 25 bsp menjadi 5,50%.