Labuan Bajo, Gatra.com - Para pelaku Pariwisata di Labuan Bajo Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendesak Pemerintah segera mencari langkah memenuhi kebutuhan air bersih. Karena kondisi air bersih sekarang ini sudah mulai membuat sulit para pengusaha jasa wisata ini.
“Kami pelaku pariwisata di Labuan Bajo Manggarai Barat sekarang ini mulai mengalami kendala serius, kesulitan air bersih. Kami minta Pemerintah segera membantu air bersih. Karena sekarang ini sebagian kebutuhan air bersih untuk jasa pariwisata ini dikendalikan oknum pebisnis tangki dengan harga yang cukup tinggi ,” kata Matheus Siagian, salah satu pelaku pariwisata Labuan Bajo kepada Gatra.com Selasa (27/8).
Menurut Matheus selain memperioritaskan pembangunan infrastruktur jalan, pemerintah juga harus mengambil langkah langkah tepat untuk mencukupi kebutuhan air di Labuan Bajo Manggarai Barat.
“Pembangunan sarana dan prasarana di Labuan Bajo sekarang ini sebagian besar untuk jalan. Sementara untuk sarana air bersih sepertinya dianaktirikan. Padahal, sumber air banyak, air terjun ada dimana-mana," tutur Matheus Siagian.
Dia menyebutkan soal akomodasi hotel di Labuan Bajo sekarang ini sedikitnya sudah tercatat 1.100 kamar. Hampir semua pengusaha hotel sekarang ini mengeluhkan kesulitan air bersih.
“Di darat pengusaha hotel mengeluhkan air bersih. Sementara di laut setiap hari terdata sedikitnya 200 kapal baik wisatawan maupun nelayan mengitari perairan Labuan Bajo. Kebutuhan air untuk kapal saja sehari mencapai 1 juta liter. Belum lagi jika kita menghitung kebutuhan saudara-saudara kita yang tinggal di pulau-pulau dan pesisir,” ujarnya.
Menurut Matheus pemerintah harus mengambil langkah sebagai regulator untuk mengeluarkan aturan-aturan darurat yang strategis guna menyelamatkan rakyatnya dari krisis air.
“Salah satu contoh aturan darurat yang pemerintah bisa keluarkan adalah dengan melarang pembangunan kolam renang. Atau kalau mau pakai kolam renang, gunakan air asin. Tempat-tempat pariwisata lain di dunia sudah melakukan hal ini," ujar Matheus.