Jakarta, Gatra.com - Koalisi Keadilan dan Pengungkapan Kebenaran (KKPK) dan organisasi Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) akan menggelar festival yang mengangkat isu kemanusiaan.
Terutama persoalan Hak Asasi Manusia (HAM) bertajuk "Festival 45-45: Meretas Batas dengan Penyintas" yang akan diadakan selama tiga hari, 29-31 Agustus, di Gedung Cipta Niaga, kawasan Kota Tua, Jakarta.
"Kita mau memberikan tongkat estafet untuk memberikan advokasi tentang pelanggaran HAM di Indonesia," kata Program Manager IKa Lilik HS.
Lilik menjelaskan, acara ini akan menjadi titik temu antara para penyintas korban pelanggaran HAM, yang sudah berusia lanjut, dengan anak-anak muda. Para penyintas berasal dari tragedi '65, tragedia Mesuji Lampung, hingga reformasi 1998.
Dalam periode waktu yang lama, kata Lilik, kasus pelanggaran HAM sampai saat ini masih stagnan. Lilik juga menyesalkan, isu genting seperti ini luput dalam pidato kepresiden kedua Jokowi, maupun tertuang dalam RPJMN. Stagnasi ini melingkupi wilayah nasional. Dengan kata lain, negara tidak mengintervensi persoalan tersebut.
Meski demikian, Lilik menjelaskan, selama ini selalu ada upaya yang berjalan untuk memulihkan para penyintas pelanggaran HAM di berbagai daerah. Artinya, generasi saat ini masih tetap menyorot dan mulai memahami situasi dalam sejarah yang keruh.
Festival 45-45 merujuk kepada harapan 100 tahun Indonesia di 2045 mendatang. Lilik mengatakan, para penyintas kemungkinan besar tidak akan mencapai usai yang panjang.
"Untuk kasus 65, yang rata-rata usainya sudah mencapai 70-80 tahun. Mereka sudah tidak akan ada lagi nantinya. Akan ada jarak yang sangat lebar antara perjalanan sejarah," kata Lilik.
Untuk itu, festival ini digelar, sekali lagi, dalam rangka menjembatani generasi yang terpaut usia dan pengalaman yang sangat berbeda. Generasi muda perlu diperkenalkan dan diceritakan kisah saksi mata sejarah secara langsung.
"Ini adalah sebuah titik maju di tengah langkah stagnasi. Kita mencoba mendorong ruang lain yang melibatkan anak-anak muda," ujarnya.
Lilik menambahi, 26 tahun mendatang, negara Indonesia genap berusia 100 tahun, "kita harus mempunyai imajinasi yang lebih terhadap para korban dan penyintas yang sudah tidak ada lagi." Dengan kata lain, generasi mendatang harus melihat persoalan sejarah dari kacamata dan paradigma yang berbeda dari sekarang.
Pada acara Festiva 45-45 mendatang, akan dilaksanakan beragam kegiatan baik seminar, forum diskusi, pameran, pemutaran film, dan konser musik. Bintang tamu diisi oleh anak dari sastrawan Indonesia Wiji Thukul yang juga merupakan korban dari pelanggaran HAM berat, Fajar Merah, dan grup musik Efek Rumah Kaca.