Jakarta, Gatra.com – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menceritakan sekelumit kisahnya dalam acara Kadin Talks, yang diadakan di Menara Kadin, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (26/8).
Perry menyebut lahir dan besar di Desa Gawok, Kartasura, Jawa Tengah sebagai putra dari petani tembakau yang sebelumnya sukses, namun harus mengalami keterpurukan karena kebangkrutan.
“Orang tua saya dulu petani tembakau di Kertasura, sukses. Tapi di ujung SD bangkrut, lalu fokus jadi petani di sawah sambal jadi pamong desa,” kisahnya.
Karena kemiskinannya itu, Perry mengaku hampir tidak mampu melanjutkan sekolahnya ke jenjang perguruan tinggi. Namun, karena didikan orang tuanya yang mengharuskan kesembilan anaknya untuk bersekolah setinggi-tingginya, akhirnya dapat kuliah, meskipun terpaksa meminjam dana sana-sini ke tetangga desanya.
“Ibu saya pinjam ke warga satu desa, dapat Rp35.000 - Rp25.000-nya dipakai buat beli formulir, sisanya Rp10.000 buat ongkos ke Jogja, karena waktu itu daftarnya UGM,” kenang Perry.
Meski awalnya Perry berkeinginan melanjutkan sekolah ke Fakultas Kedokteran, namun karena uang dikantong hanya Rp25.000, hanya cukup membeli formulir, akhirnya dia pun memakai uang itu untuk membeli formulir masuk ke Fakultas Ekonomi.
Perjuanganya tak berhenti sampai di situ, untuk lulus dari UGM, lanjut Perry, dirinya banyak melakukan pekerjaan serabutan sambil kuliah. Semua itu dilakoninya untuk membantu orang tuanya, membiayai pendidikannya.
“Saya sempat ngenek, dan kerja serabutan lainnya, biar bisa buat bayar kuliah uangnya,” katanya.
Usai lulus, bos I ini pun langsung dapat diterima jadi pegawai BI. Sambil bekerja tekun, Perry menerima tawaran pendidikan dan melanjutkan hingga jenjang S2 dan S3, yang hanya ditempuhnya dalam waktu 4,5 tahun saja.
“Habis lulus, saya langsung kerja di BI. Di sana saya disuruh sekolah lagi S2 dan S3, itu selesai dalam waktu 4,5 tahun,” tambah Perry.
Perry menyebut dirinya berani mengejar mimpinya terus bekerja dan bersekolah tak lain karena pesan dari orang tuanya bahwa apapun kendala yang dihadapi harus tetap bisa bersekolah.
“Anak-anaknya harus terus bersekolah, karena kalau tetap jadi petani, kehidupan tidak akan pernah berkembang dan berubah,” katanya.
“Orangtua pesan ke saya, kalau saya mau sekolah, ya saya harus sekolah terus. Apapun, bagaimanapun caranya, harus tetap sekolah,” tambah Perry.