Jakarta, Gatra.com - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengakui kondisi ekonomi dunia melemah dengan risiko yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan ekskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina semakin sulit diprediksi. Terlebih, tensi pernyataan kedua negara adi kuasa tersebut makin panas dalam beberapa pekan ini.
"Kondisi ekonomi dunia confirm melemah dan ini risikonya bahkan makin meningkat. Ini muncul di dalam statement atapun indikator sesudah eskalasi pada Juli Agustus," katanya dalam Konferensi Pers APBN Kita, di Jakarta, Senin (26/8).
Baca juga: Pelemahan Ekonomi Global, Dampak Kebijakan di 2018
Menurut Sri Mulyani, perang dagang ini mengakibatkan hampir semua negara melemah, tapi kalau Indonesia bisa tetap di level pertumbuhan ekonomi 5% itu merupakan hal yang baik, karena ada risiko penurunan pertumbuhan ekonomi.
"Dari sisi indeks manufaktur sudah turun ke 50% ke bawah, ini melemah. Revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi terus terjadi, termasuk perdagangan internasional. Ini semua indikator yang harus diwaspadai karena akan pengaruhi kondisi di dalam negeri," ujarnya.
Baca juga: Situasi Ekonomi Global Memanas, Rupiah Kembali Melemah
Selain manufaktur, kata Sri Mulyani, harga komoditas pun mengalami pelemahan dan hampir semua indeks saham terus melemah. Dampaknya, pasar global merespons dengan menurunkan suku bunga acuan seperti The Fed yang telah menaikan satu kali dan Bank Indonesia (BI) yang telah menurunkan suku bunganya sebanyak dua kali.
"Volatilitas ini terdampak ke semua, misalnya indeks [bursa] Dow Jones, pergerakan bond [obligasi] juga," tutup Sri Mulyani.